Mohon tunggu...
Elvina Desti Saputri
Elvina Desti Saputri Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Pendidikan Bahasa Inggris 2018, Universitas Jambi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi tentang Malam, Lautan, dan Samudra

5 April 2021   17:13 Diperbarui: 5 April 2021   17:38 567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Beritabaik.id

Renungan Malam

Kala sang surya perlahan menghilang di ufuk barat

menyisakan senja yang jingga

tanpa sadar

langit hitam pun perlahan membentang

sebagai isyarat kepada alam

bahwa siang kan tergantikan malam yang panjang

Kala ku terlelap ku terjaga

hati kecilku berbisik 

betapa mulia Maha Pencipta

pergantian singa dan malam tertata sempurna

menyadarkanku atas kebesarannya

Kini malam pun kian larut

langit hitam pun semakin kelam

ku terlarut dalam gelisah

merenung akan dosa-dosa

ku hapus sisa air mata yang menggenang

kusadari, aku telah jauh dari-Nya

kini waktunya aku kembali

Cinta Seluas Samudra

Kuhirup aroma laut yang selalu kurindukan

Jiwa ini begitu tenang kala memandang lautan

Aku iri pada hewan laut

Mereka dapat menyebrangi lautan bahkan samudra 

hanya dengan berenang

Pandanganku jauh menyusuri batas lautan yang tak terlihat

Karena begitu jauh dan luas

Namun aku menginginkan lebih

Aku ingin mencapai batas samudra

ketika orang lain hanya mencapai batas lautan

Seperti mencintai seseorang seluas samudra

Ketika orang lain hanya mampu mencintai sebatas lautan

Meskipun pada akhirnya Tuhan berkata lain

Kau dan aku hanya ditakdirkan untuk bertemu

Layaknya holoclin di samudra Atlantik dan laut Mediterania

Mereka memang bertemu, namun bukan untuk menyatu

Sumber gambar: IDNTimes
Sumber gambar: IDNTimes
Lautan Kebencianmu

Bayangmu lenyap oleh sapuan kabut malam

jiwaku turut membersamai langkah kakimu

halusinasi menguasai pikiranku

barangkali kau sedang berdiri diujung lautan itu

Kau menatap sendu ketempat ku berpijak

namun, lautan itu terlalu luas, terlalu dalam

hingga membentuk sebuah samudra

samudra itu keserakahanku dan amarahmu

bertemu untuk berteriak saling menantang

Kan kugunakan keserakahanku untuk menemuimu

bukan hasrat untuk memilikimu semata

namun jiwaku telah pergi bersamamu

tenggelam didasar lautan terdalam

lautan kebencianmu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun