Seorang filsuf dari Amerika (1939) bernama David Allen Kolb berhasil mengembangkan teorinya dengan menekankan pengalaman belajar paradigma dengan teori eksperiental learning. Selama intervensi menggunakan experiential learning, guru/guru bertindak sebagai fasilitator, yaitu guru hanya memberikan instruksi (instruksi) dan tidak memberikan informasi secara sepihak, dan menjadi satu-satunya sumber pengetahuan. Setelah seorang anak menyelesaikan suatu kegiatan, dia kemudian akan melepaskan pengalamannya sendiri. Dengan demikian, pembelajaran dalam metode ini akan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi anak untuk lebih memahami manfaat dari ilmu yang dipelajarinya. Kelemahannya adalah tidak semua materi pembelajaran dapat dianalisis dan direkonstruksi menggunakan model ini. Dalam hal ini, guru harus cerdas dan kreatif untuk menemukan metode pembelajaran yang tepat dan sesuai untuk experiential learning untuk mencapai efektivitas yang optimal.
Concret experience (CE)
Pembelajaran dari pengalaman konkret yang peka terhadap situasi. Pengalaman konkret adalah tahap pembelajaran intuitif dengan fokus pada pengalaman pribadi, pengalaman, dan perasaan. Pada tahap ini, kegiatan pendukung meliputi diskusi kelompok kecil, simulasi, permainan, role-playing, efek dramatis, video atau film, contoh, diskusi, dan cerita.
Reflective Observation (RO) yaitu siswa belajar melalui pengamatan (watching). Penekanannya mengamati sebelum menilai, menyimak suatu perkara dari berbagai perspektif, dan selalu menyimak makna dari hal-hal yang diamati.
Abstract conceptualization (AC)
Analisis logis dari gagasan dan tindakan berdasarkan pemahaman dalam suatu situasi sehingga muncul gagasan atau konsep baru. Abstraksi adalah pembelajaran dengan pemikiran yang tepat dan mendalam, menggunakan pendekatan sistematis terhadap fenomena struktural dan framing. Teknik mengajar meliputi teori bangunan, kuliah dan membangun model dan analogi. Eksperimen positif (implementasi) berarti
Active experimentation (AE)
Pengamatan sebelum mengambil keputusan dengan melihat lingkungan dari sudut yang berbeda. Cari kata-kata dari banyak hal yang berbeda untuk masuk akal. Pada tahap ini adalah pembelajaran perseptual. Fokus pada pemahaman ide dan situasi melalui pengamatan yang cermat. Peserta didik menghubungkan cara sesuatu terjadi dengan melihatnya dari sudut pandang yang berbeda dan berdasarkan pemikiran, perasaan, dan penilaian.
Dari penjelasan di atas terlihat bahwa model pembelajaran ini membantu siswa untuk aktif, kolaboratif dalam belajar dan mengalami pembelajaran secara langsung. Namun permasalahannya pada era new normal saat ini sistem pembelajarannya masih belum sepenuhnya tatap muka, sehingga bagaimana metode experiential learning dapat diterapkan secara efektif di era modern seperti menggunakan E-Pedagogy untuk menerapkan model pembelajaran ini.
Contoh dalam pelaksananaannya yakni saat mengajar mata pelajaran IPA dengan topik sistem pernapasan. Siswa akan diminta untuk menuju ke laboratorium/ruang kelas praktik sekolah untuk mengamati terlebih dahulu melalui alat peraga.