Mohon tunggu...
Elvin Krismaswati Mendrofa
Elvin Krismaswati Mendrofa Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Instructional Design Executive - Siloam Head Office ❤

Small steps in the right direction can turn out to be the biggest step of your life.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Penerapan Teori Behaviorisme dalam Pembelajaran Jarak Jauh

10 September 2021   12:38 Diperbarui: 10 September 2021   16:56 3542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Teori belajar behaviorisme dicetuskan oleh seorang Ilmuan Ivan Pavlov (1927), seorang ahli fisiologi Rusia. Pada pengkondisian klasik (Classical Condition), kita belajar mengasosiasikan stimulus dengan respon, dan akhirnya tubuh kita melakukan respon secara otomatis dengan adanya stimulus. Respons yang dihasilkan adalah respons fisiologis yang secara alami akan keluar.

Hasil pengamatan pavlov saat membawa makanan untuk anjingnya yakni mereka selalu mengeluarkan air liur (mencium bau makanan) atau turning fork/grapu tala. Sehingga di dalam teori belajar behaviorisme yang dicetus oleh Pavlon ini menekankan pada stimulus (rangsangan) dan adanya respons yang menyebabkan terjadi perubahan tingkah laku. Perilaku ini bersifat objektif dan dapat diamati, sedangkan apa yang ada dalam pikiran seseorang tidak pernah dapat benar-benar diketahui atau diukur.

B.F. Skinner seorang ilmuan Amerika (1930) mengembangkan konsep Operant Conditioning (OC). Pengkondisian operan melibatkan pengkondisian sukarela, yaitu perilaku yang dapat dikontrol.

Dia percaya bahwa perilaku ditopang oleh penguatan atau penghargaan, bukan oleh kehendak bebas. Dengan pengkondisian operan, respons datang sebelum stimulus (kebalikan dari CC).

Penguatan Positif saat anda berperilaku dengan cara tertentu yang menghasilkan hadiah, dan sebagai hasilnya, anda cenderung mengulangi perilaku itu sebagai contoh mengerjakan tugas tepat waktu maka akan mendapatkan pujian dan nilai yang baik. Selain itu penguatan negatif saat anda berperilaku dengan cara tertentu untuk menghilangkan sesuatu yang tidak menyenangkan, dan akibatnya anda cenderung mengulangi perilaku itu (mis: mengerjakan tugas lebih awal). 

Kedua hal tersebut cenderung membuat kita akan melakukannya kembali karena akan mendapatkan hadiah ataupun pujian, sebaliknya akan menghentikan tindakan tersebut apabila mendapat hukuman atau konsekuensi.

Dalam hal ini berbeda saat proses pembelajaran jarak jauh, dimana guru sangat sulit untuk menjangkau setiap siswa karena tidak bertatap muka/kontak secara langsung. Namun kita bisa bekerja sama dengan orang tua/pendamping siswa saat proses belajar mengajar di mulai.

Sebagai contoh saat proses pembelajaran hendak dimulai aba aba guru seperti mengucapkan "Selamat pagi semuanya" maka setiap siswa sudah harus menyalakan kamera dan menyapa kembali. Siswa yang mengikuti instuksi maka diberikan pujian oleh gurunya, apabila tidak maka akan diberikan teguran/dianggap absen saat lebih dari 15 menit. Metode ini akan secara otomatis mengalami perubahan perilaku, hingga akhirnya siswa tidak sengaja akan langsung menyalakan kamera dan menunggu guru untuk menyapa dan memulai pembelajaran.

Contoh lain saat guru akan memberikan tugas yang harus dikerjakan dan dikumpulkan dengan waktu yang sudah diatur. Maka siswa tersebut akan mengerjakan tugas dengan baik dan tepat waktu untuk mendapatkan nilai yang baik dan terhindar dari konsekuensi. Kebiasaan ini akan menciptakan perubahan tingkah laku sang anak dan mempertahankannya, sebaliknya siswa yang tidak mengerjakan maka akan diberikan hukuman dengan mengerjakan tugas tambahan dan pengurangan nilai. 

Guru pun akan berkolaborasi dengan orang tua/pendamping siswa agar diberikan perhatian. Orang tua/pendamping dalam hal ini akan memberikan hukuman kepada anaknya apabila tidak mengerjakan tugasnya kembali dan memberikan pujian apabila anaknya mengerjakan tugas dengan baik dan tepat waktu.

Peran guru dalam proses pembelajaran menggunakan teori ini yaitu mengamati dan melakukan proses evaluasi dimana setiap siswa saat diberikan stimulus (tugas, kuis, kerja kelompok dll) akan mengeluarkan respon yang berbeda. Sehingga guru harus dapat menyesuaikan dengan situasi maupun kondisi setiap siswa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun