Remaja merupakan masa dimana diri kita mulai beralih menjadi lebih dewasa. Biasanya masa remaja terjadi pada usia 12 sampai dengan 18 tahun. Pada masa remaja ini juga, para remaja tersebut pasti mengalami yang namanya pubertas dimana mereka ingin mencoba hal-hal baru dalam hidupnya. Pada masa ini juga, mereka banyak menimbulkan berbagai masalah baik dalam keluarga maupun lingkungan sekitarnya.
Sebelum kita membahas lebih lanjut mengenai kenakalan remaja, apa penyebabnya, hal-hal apa saja yang tidak sesuai serta bagaimana cara untuk mengatasi kenakalan tersebut, kita harus mengetahui apa itu kenakalan remaja. Kenakalan remaja merupakan hal-hal atau tindakan yang menyimpang dari nilai-nilai yang yang ada yang dilakukan oleh para remaja. Nilai-nilai yang dilanggar merupakan nilai yang sudah diajarkan pada agama maupun dasar negara kita yaitu Pancasila.
Terdapat banyak sekali bentuk dari kenakalan remaja diantaranya narkoba, pergaulan bebas, tauran, bermabuk-mabukan sampai tindakan criminal seperti mencuri,serta membunuh. Hal ini bisa terjadi dikarenakan mereka tidak dapat memilah mana hal yang baik dan mana hal yang buruk atau bahkan lebih parah lagi, mereka melakukan hal-hal tersebut hanya sebatas untuk terlihat keren dihadapan orang lain.
Tindakan-tindakan yang melenceng tersebut tentunya melanggar nilai-nilai agama. Seperti yang tertulis pada kitab Tripitaka terdapat 5 aturan yang harus dipatuhi oleh seluruh umat Buddha. Lima aturan itu disebut Pancasila. Walaupun memiliki nama dan penyebutan dayang sama, Pancasila dalam agama Buddha memiliki isi yang berbeda dangan Pancasila sebagai dasar negara kita. Dalam Pancasila Buddhis, kita diajarkan untuk tidak melakukan pembunuhan mahluk hidup, menahan diri untuk tidak mengambil barang yang tidak diberikan, menjauhi perbuatan asusila, menahan diri untuk tidak mengucap kata yang tidak benar (berbohong) dan menahan diri untuk tidak menyantap makanan/minuman yang dapat membuat lemahnya kesadaran (mabuk).
Sudah jelas apa yang tertulis dalam Pancasila Buddhis bahwa tindakan kenakalan remaja tersebut salah dimata agama. Bukan hanya agama Buddha, sudah seharusnya 6 agama yang diakui di Indonesia tertulis maupun tidak tertulis mengajarkan kita untuk tetap berada dalam jalan kebenaran. Sebagai contoh dalam agama Buddha terdapat sebuah ajaran yang bertuliskan Ovada Patimokkha yang berisi janganlah berbuat jahat, berbuatlah kebajikan, sucikan hati dan pikiran, inilah ajaran para Buddha.
Walaupun sudah diajarkan untuk menjauhi atau menahan diri dari tindakan-tindakan buruk tersebut, lantas apa yang menyebabkan masih banyaknya anak-anak usia remaja melakukan perilaku menyimpang itu. Terdapat 2 faktor yang menyebabkan para remaja berperlaku menyimpang. Pertama, faktor internal. Pada faktor internal, kurangnya kemampuan untuk memilah mana yang baik dan mana yang buruk. Sedangkan faktor eksternal terdapat beberapa penyebab yang membuat para remaja melakukan tindakan menyimpang tersebut, diantaranya perpecahan dalam sebuah keluarga dapat menyebabkan seorang anak berperilaku negatif, teman sebaya serta lingkungan sekitar yang kurang baik juga dapat mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang, dan yang terpenting adalah peran orang tua yang kurang memperhatikan, mengawasi serta mendidik anak sehingga mudah terjerumus dalam perilaku menyimpang.
Oleh sebab itu, terdapat beberapa cara untuk mengatasi serta mencegah agar seorang remaja tidak terjerumus atau melakukan tindakan yang menyimpang. Cara pertama yaitu kita harus bisa mencari sebuah kegiatan yang bermanfaat bagi diri kita sendiri serta bermanfaat bagi lingkungan sekitar. Sebagai contohnya membantu orang tua mengerjakan pekerjaan rumah. Cara kedua adalah perlunya pembelajaran agama sejak kecil. Sebagai contohnya berdoa dan pergi ke tempat ibadah sesuai dengan kepercayaan masing-masing.
Cara ketiga merupakan cara terakhir, yaitu dengan mengamalkan nilai-nilai Pancasila salam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh pada sila pertama Panncasila yang berbunyi Ketuhanan yang Maha Esa, kita diajarkan untuk percaya pada ajaran Tuhan serta tidak lupa untuk berdoa. Pada sila kedua yang berbunyi Kemanusiaan yang adil dan beradab, kita diajarkan untuk menghargai serta menghormati segala macam perbedaan yang ada seperti suku, ras, agama, gender, dll. Pada sila ketiga yang berbunyi Persatuan Indonesia, mengajarkan kita untuk lebih mengutamakan kepentingan bersama dibandingkan kepentingan diri sendiri. Pada sila keempat yang berbunyi Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan, kita diajarkan untuk menyelesaikan sebuah masalah dengan musyawarah atau diskusi dengan kepala dingin disertakan dengan adanya tanggung jawab. Pada sila kelima / sila terakhir yang berbunyi Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia, mengajarkan kita pentingnya bersikap adil terhadap sesama.
Dari semua masalah yang sudah kita bahas di atas, orang tua memang berperan penting dalam mengawasi serta membimbing tumbuh dan berkembangnya seorang anak. Tetapi, kita sebagai seorang manusia tidak selalu bisa untuk mengharapkan orang tua untung mendampingi kita. Memeilah mana yang baik dan buruk serta mengamalkan nilai agama dan Pancasila juga merupakan hal yang penting agar kita tidak mudah terjerumus atau melakukan sebuah kenakalan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H