Dalam film ini unsur sosial antar warganya memang sangat minim, hanya beberapa saja ketika mila mengunjungi ibu dari seorang anak kecil di ujung kampung.
1. Para warga tidak saling gotong royong saat pandemi melanda, hal ini dibuktikan saat scene akhir film ketika para warga meninggal dirumah masing-masing.Â
2. Tidak ada mushola, mesjid ataupun rumah ibadah yang membuat warga saling berinteraksi.
3. Tidak ada balai warga atau semacamnya, mungkin keadaaannya sudah sangat parah, namun ini sangat aneh bahkan pegawai medis pun tidak disambut oleh pejabat atau tetua setempat.
4. Bersiul dimalam hari untuk mengikuti adat istiadat, padahal dalam masyarakat sunda, bersiul dimalam hari itu merupakan pamali yang tidak dianjurkan.
5. Tidak ada penyambutan atau perpisahan dari warga lokal kepada petugas medis dan tukang gali kubur, seperti tidak saling mengenal.
 Sebenarnya mungkin bisa sangat banyak apabila kita semua kaitkan dengan unsur sosiologi, tetapi juga sangat minim, karena film ini hanya menceritakan tentang 2 tukang gali kubur dan 3 tenaga medis yang dikirim dari kecamatan ke suatu desa, semuanya tentang mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H