Mohon tunggu...
Devita Elvida
Devita Elvida Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Efektif Peran Media dalam Gerakan Jogja Garuk Sampah

3 Oktober 2017   18:49 Diperbarui: 3 Oktober 2017   19:07 735
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengulas fenomena yang terjadi di jaman sekarang tentu tidak akan habisnya terutama berbicara mengenai masalah lingkungan. Kita mengetahui banyak masalah-masalah yang dapat terjadi di setiap sudut kota, desa-desa bahkan sampai pelosok sekalipun. Hal inilah yang perlu kita cegah dengan meminimalisir isu-isu lingkungan tersebut. Salah satu yang akan dibahas adalah sampah.

Setiap manusia pasti setiap harinya mengonsumsi makanan, minuman dan sebagainya yang kemudian setelah selesai dikonsumsi akan menghasilkan sampah yang dibuang dengan sembarangan. Hal inilah yang membuat suatu kebiasaan orang-orang yang tidak memahami dampak apa yang terjadi jika membuang sampah secara berulang-ulang. 

Permasalahan sampah ini tentu sudah tidak asing lagi didengar semua kalanngan terutama bagi orang-orang yang tidak memiliki etika dengan membuang sampah di sembarang tempat. Sampah-sampah yang berserakan ini menjadi permasalahan yang utama di semua kota-kota besar yang ada di Indonesia maupun seluruh dunia. Oleh karena itu pemerintah mencoba mencari solusi dengan memberikan upaya untuk meminimalisir volume sampah yang setiap hari selalu bertambah banyak. Hal ini tentu membuat masyarakat pun resah dengan sampah-sampah yang semakin hari semakin menumpuk dan menimbulkan pencemaran dan bau tidak sedap. Padahal yang kita tahu sampah itu ada karena manusia itu sendiri yang melakukannya. Namun hal tersebut tidak disadari masyarakat terutama bagi manusia yang tidak punya rasa tanggungjawab.

Salah satu kota yang memiliki permasalahan tentang sampah adalah kota Yogyakarta. Semua masyarakat pasti mengetahui kota gudeg ini memiliki jumlah penduduk yang banyak disetiap daerah-daerah ( kabupaten, kota, kecamatan, desa,dan lainnya). Hal ini tentu membuat produksi sampah akan semakin banyak sesuai dengan tingkat kependudukan yang semakin bertambah setiap tahunnya. 

Yogyakarta dikenal sebagai kota pendidikan yang membuat banyak orang-orang (pendatang) merantau ke kota ini untuk menimbah ilmu, bekerja, dan sebagainya. Hal ini tentu menjadikan kota ini menjadi semakin padat penduduknya. Menurut Irfan Susilo sebagai Kepala Bidang Kebersihan Badan Lingkungan Hidup (BLH) kondisi normal rata-rata volume sampah per hari di Yogyakarta sebanyak 240 ton dan yang dilhiat sejauh ini volume sampah semakin naik sekitar 276 ton per hari. Dengan begitu membuat lingkungan disekitar Yogyakarta sebagian besar dipenuhi oleh sampah-sampah yang menumpuk.

Wilayah kota Yogyakarta terus-menerus dipenuhi dengan sampah terutama saat waktu liburan panjang. Dilansir dari jogja.tribunnews.com selama musim liburan memang terjadi penambahan volume sampah yang membuat semua armada pengangkut sampah milik Badan Lingkungan Hidup (LBH) harus dioperasikan. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir volume sampah dan tetap menjaga lingkungan tetap sehat. 

Maraknya isu lingkungan di kota Yogyakarta ini menuai rasa tidak suka dan ketidaknyamanan yang ditunjukkan secara langsung oleh semua masyarakat. Untuk itu muncullah suatu bentuk gerakan atau kelompok masyarakat (relawan) yang berinisiatif membantu menjaga lingkungan di Yogyakarta dengan meanmpung terlebih dahulu apa kritik-kritik dan keresahan yang dirasakan masyarakat Yogyakarta akan banyaknya sampah yang ada disekitar mereka. Gerakan itu bernama Jogja Garuk sampah. Sebenarnya tidak banyak masyarakat yang mengetahui gerakan ini karena setiap anggotanya tidak diseleksi untuk masuk gerakan Jogja Garuk Sampah ini melainkan secara sukarela dan iklas membantu mengurangi sampah yang berserakan di setiap jalan raya dan tempat lainnya.

Seiring berjalannya waktu Jogja Garuk Sampah dijadikan gerakan yang patut diperhitungkan di Yogyakarta, karena semakin banyak relawan yang secara sukarela turut membantu membersihkan sampah-sampah disekitar jalanan. Dengan begitu mulai banyak media yang berlomba-lomba membuat berita yang berkaitan dengan Jogja Garuk Sampah dikarenakan gerakan ini selalu melakukan update terbaru atau aktivitas apa saja yang dilakukan setiap harinya melalui media sosial Jogja Garuk Sampah (instagram, facebook, dan twitter) tersebut. 

Hal ini membuat nama gerakan ini semakin dikenal masyarakat jogja khususnya bagi anak muda (mahasiswa dan mahasiswi). Dengan mengikuti perkembangan jaman yang ada kelompok ini sengaja membuat akun pribadi dan melaporkan serta memuat informasi dan aktivitas positif apa yang dilakukan setiapa minggunya untuk tetap menjaga lingkungan yang ada disekitar Yogyakarta. Melihat generasi muda jaman sekarang pasti pengaruh media sangat besar bagi manusia tersebut. Sehingga apapun yang dilakukan pasti berkaitan dengan media. Untuk itu melalui media ini peneliti ingin melihat seberapa efektif peran media dalam mengkomunikasikan Jogja Garuk Sampah di masyarakat maupun kalangan anak muda. (semua umur)

Melalui wawancara peneliti mencoba bertanya dan mengulik sesberapa efektif peran media dalam komunikasi dengan semua masayarakat. Peneliti mewawancarai seorang relawan yang bernama Maulana Bekti yang baru saja menyelesaikan studi sekolah menengah atas (SMA) di Yogyakarta. 

Dia mengatakan bahwa jogja garuk sampah ini bukan sebuah komunitas melainkan sebuah event atau agenda yang berkelanjutan. Jadi sebenarnya event ini bukan hanya berbicara soal sampah saja tetapi lebih pada budaya kearifan lokal seperti kerja bakti atau kegiatan gotong royong. Selama ini banyak media yang memberitakan bahwa jogja garuk sampah ini sebuah komunitas. Namun hal ini langsung diklarifikasi oleh Maulana Bekti dengan tegas mengatakan ini sebuah agenda atau aktivitas yang berkelanjutan dan bertujuan untuk melestarikan lingkungan Yogyakarta tetap bersih dan baik dipandang.

Maulana menjelaskan bahwa sebenarnya lingkungan kota Yogyakarta lebih baik dan bersih jika dilihat dari lingkungan sekitar kotanya dibandingkan dengan wilayah kabupaten. Sebenarnya volume sampah yang terbanyak itu berada di sekitar kawasan wisata seperti Malioboro yan semua orang tahu tempat ii menjadi kawasana wisata yang paling banyak dikunjung masayarakat dalam maupun luar jogja serta kawasan ini juga sering mengadakan karnaval atau event-event yang ramai sehingga antusias masyarakat sangat tampak di malioboro ini. Namun tidak menutup kemungkinan tempat wisata lainnya juga menghasilkan volume sampah yang banyak juga seperti Gembira Loka dan tempat lainnya.

Dilihta dari realitasnya sebenarnya peran pemerintah sudah tampak yaitu dengan menyediakan tempat sampah atau fasilitas yang memadai. Namun pada kenyataannya sampah tetap bertambah banyak. Hal ini semata-mata karena tingkat kepedulian masyarakat yang masih rendah serta mental para wisatawan juga lemah sehingga membuat kurangnya kesadaran dari dalam dirinya. Dengan begitu disini jogja garuk sampah melakukan kegiatan rutin yang dilakukan setiap tiga kali seminggu dengan memungut sampah-sampah disekitar jalanan Yogyakarta. Sampah yang dipunguti bukan hanya sampah-sampah plastik namun juga sampah visual seperti poster-poster iklan yang tatkala mahasiswalah yang sering menempel pada dinding-dinding bangunan kota. Hal inilah yang membuat tembok-tembok setiap sudut kota menjadi kotor dengan tempelan poster ataupun iklan tersebut.

Dengan begitu gerakan ini mencoba mencari upaya dengan memberikan contoh nyata dengan tindakan langsung seperti (1) edukasi lisan (dengan pengeras suara) yaitu memberikan informasi serta mengajak orang-orang untuk membuang sampah pada tempat yang sudah disediakan. 

Sedangkan untuk di daerah perkampungan itu dengan memberikan edukasi melalui sejarah budaya kearifan lokal yang kemudian didiskusikan bersama- sama melalui sebuah forum bicara. (2) eduaksi melalui kegiatan rutin dan tindakan nyata dengan mengawal semua kegiatan karnaval-karnaval atau jenis kegiatan lainnya. (3) yudikasi yaitu penegakan hukum yang akan disampaikan bagaimana relugasinya atau aturannya. Jika melanggar akan dikenakan sanksi ataupun denda. (4) spiritual religi melalui unsur keagamaan dengan mengajak tokoh keagamaan yang berkaitan dengan kebersihan sampah.

Dari semua bentuk upaya yang dilakukan jogja garuk sampah tersebut adalah yang paling penting adalah peran media. Kita tahu sekarang ini media instagram sangat booming di kalangan anak muda. Untuk itu Jogja Garuk Sampah membuat sebuah poster atau gambar yang di upload di instagram yang kemudian dikemas dengan menarik. Hal ini dilakukan untuk mengajak anak muda untuk mau bergabung menjadi relawan di jogja garuk sampah. Dengan adanya media ini menurut Maulana Bekti sebagai relawan gerakan ini dirasakan efektif karena rata-rata mahasiswa atau kalangan muda mengetahui Jogja Garuk Sampah melalui instagram.

 Eder (1996) menjelaskan tiga fase transformasi dari ideologi lingkungan (Buhr, n.d., hal. 3). Namun yang ingin peneliti bahas disini adalah fase ketiga yaitu untuk membuat perubahan yang besar dalam agenda yang berkelanjutan harus dibantu peran pemerintah dan masyarakat terutama masalah kepedulian harus ditingkatkan dengan cara mengubah pola pikir mereka. Sedangkan dilihat dari media penting adanya penataan yang baik untuk memperhatikan standart informasi apa yang bisa dijadikan berita dan yang tidak bisa dijadikan sebuah berita. Dengan begitu kita dapat melihat bagaimana respon yang diberikan dari masyarakat tersebut apakah cara mengkomunikasikan melalui media ini dinilai berhasil atau tidak.

Namun yang dilihat dari gerakan jogja garuk sampah ini yang menjadi target pelakunya sebenarnya kalangan anak muda. Tetapi hal teresbut justru sulit untuk memberikan pedoman kepada anak muda jaman sekarang ini. Untuk itu Maulana Bekti mempunyai obsesi untuk memberikan bekal serta pembelajaran kepada generasi muda untuk mau berparisipasi dalam melestarikan lingkungan sendiri. 

Salah satunya menjadi panutan dengan membuang sampah pada tempat yang sudah disediakan. Dengan mengikuti perkembangan teknologi yang semakin berkembang menurut Maulana Bekti tindakan dengan mengajak kalangan muda dan masyarakat untuk mengikuti aktivitas atau kegiatan dari jogja garuk sampah ini sudah efektif. Karena hal ini bisa tampak pada jumlah anggota (relawan) yang sekarang sudah mencapai 1300-an dari semua kalangan. Hal ini tidak terlepas dari peran media sebagai sarana komunikasi kepada setiap relawan yang inisiatif mengikuti setiap rutinitas dari gerakan ini.

Media merupakan alat utama yang dijadikan sebagai sarana komunikasi baik yang dekat maupun yang jauh sekalipun. Alat komunikasi ini menjadi viral dan sudah menjadi kebutuhan hidup bagi semua orang khususnya melihat anak muda jaman sekarang lebih sering menggunakan handphone sebagai media komunikasi dari pada bermain bersama teman-temannya di lingkungan sekitar. Hal inilah yang membuat hal tersebut menjadi suatu kebiasaan terutama bagi masyarakat. 

Mereka cenderung menggunakan media sosial sebagai bentuk gaya hidup atau life style. Tanpa mereka sadari bahwa sebenarnya media komunikasi ini dapat memberikan hal-hal positif seperti halnya gerakan jogja garuk sampah ini mengupload sebuah poster yang menarik agar orang-orang mau berminat mengikuti gerakan jogja garuk sampah ini. Ini bukan hanya aktivitas memunguti sampah-sampah yang berserakan disekitar jalan raya tetapi, ini masalah kesadaran diri dari setiap orang untuk mau melestarikan lingkungannya sendiri dengan budaya kearifan lokal.

Sebagai contoh media yang digunakan jogja garuk sampah adalah Whatsapp juga digunakan sebagai forum diskusi yang digunakan seluruh relawan. Jadi ketika ada suatu perencanaan yang ingin dibuat atau ada acara karnaval-karnaval bisa dikomunikaiskan melaui pesan di media sosial whatsapp.

Media ini juga bertujuan untuk menyambut anggota-anggota baru yang baru bergabung sebagai bentuk tahap perkenalan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan rasa solidaritas yang tinggi dan kebersamaan dalam membangun lingkungan yang lebih bersih dan bebas dari sampah dan pencemaran. Dengan begitu hubungan komunikasi yang terjalin tidak menjadi bias atau miss communication dengan sesama para anggota-anggotanya.

Jadi kesimpulannya adalah komunikasi yang terjadi dalam gerakan jogja garuk sampah ini dinilai sukup efektif dengan dibantu peran media, pemerintah serta masyarakat. Semua tergantung bagaimana orang-orang tersebut merespon dan memberikan feedback terhadap upaya-upaya yang sudah dilakukan baik dari pihak jogja garuk sampah maupun fasilitas dari pemerintah. Melalui gerakan ini kita diharapkan mampu termotivasi dengan menerapkan langsung pada diri kita sendiri terutama bagi lingkungan di kota Yogyakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun