Mohon tunggu...
Elviana Nikmatussholehah
Elviana Nikmatussholehah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah seorang penulis dan pengamat sosial yang passionate tentang isu-isu terkini. Dengan latar belakang di bidang komunikasi, saya senang berbagi pemikiran dan analisis mengenai berbagai topik, mulai dari budaya, pendidikan, hingga lingkungan. Dalam setiap tulisan, saya berusaha menghadirkan perspektif yang mendalam dan menginspirasi pembaca untuk berpikir kritis. Selain menulis, saya juga aktif dalam komunitas yang peduli terhadap perubahan sosial. Mari berdiskusi dan bertukar ide!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Menata Ulang Kota dan Mengubah Banjir Menjadi Peluang

26 November 2024   20:36 Diperbarui: 26 November 2024   20:40 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Setiap kali musim hujan tiba, banjir terungkap menjadi topik yang sering kita dengar, mulai dari berita TV hingga cerita tetangga. Udara berkumpul di mana-mana sehingga menyebabkan kemacetan, bahkan terkadang hingga ke rumah. Namun pernahkah kita berpikir: mengapa banjir ini terus terjadi lagi? Apa memang hujannya deras sekali atau ada yang tidak beres di kota kita? 

 Mengapa terjadi banjir? 

Lihatlah sekelilingmu. Dulu waktu kita masih kecil, jumlah ladang yang luas, pohon tinggi atau tanah gundul masih banyak untuk menyerap udara. JAM? Semuanya telah berubah menjadi gedung, jalan atau tempat parkir. Akhirnya hujan air tidak mempunyai tempat untuk diserap oleh bumi.

Belum lagi masalah pipa ledeng. Banyak di antaranya yang sudah tua, tidak terawat, atau bahkan terisi sampah. Ya, bagaimana air bisa mengalir dengan mudah jika saluran airnya tersumbat, bukan? Nah, semua ini diperparah oleh kebiasaan kita - membuang sampah sembarangan, misalnya. Jangan kaget kalau hujannya sedikit Saya membanjiri kota. 

 Bagaimana jika kita mengubah banjir menjadi peluang? 

 Daripada terus menjadi korban banjir, kenapa tidak dijadikan alasan untuk memperbaiki kota? Ada banyak hal yang bisa kita lakukan lho: 

1. Menjadikan kota lebih hijau 

 Bayangkan kota kita penuh dengan taman, hutan kota atau kebun kecil. Selain menyejukkan suasana, tempat-tempat tersebut juga bisa menjadi penangkap udara. Artinya air hujan tidak langsung terkumpul, melainkan meresap ke dalam tanah. 

 2. Perbaikan pipa air 

 Saluran udara memerlukan perhatian khusus. Jika memungkinkan, gunakan teknologi modern yang dapat mendeteksi jika terjadi penyumbatan atau volume udara berlebih. 

 3. Desain perkotaan yang lebih hijau 

 Saat membangun gedung dan jalan, jangan hanya sekedar modis, Anda juga harus mempertimbangkan lingkungan. Misalnya saja menggunakan material yang mampu menyerap udara atau mengubah atap bangunan menjadi taman mini. 

4.  Pendidikan kewarganegaraan 

 Kita semua mempunyai peran. Belajarlah untuk tidak menghabiskan uang membuang sampah, mulailah memilah sampah dan menjaga lingkungan sekitar anda. Banjir bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tapi kita juga harus menjadi bagian darinya. 

 5. Memanfaatkan teknologi 

 Sekarang adalah zaman modern. Kita bisa menggunakan aplikasi pemantau cuaca atau peta risiko banjir untuk lebih mempersiapkan diri.

Masa depan yang lebih baik

 Banjir memang masalah besar, tapi bukan berarti tidak ada solusinya. Jika kita ingin bekerja sama -- pemerintah, masyarakat dan semua orang perayaan - tentunya kota yang lebih baik dapat dicapai. Oleh karena itu, marilah kita jadikan banjir ini bukan hanya bencana yang patut disesali, namun juga peluang perubahan. Karena siapa yang tahu dari sini kita bisa membangun kota yang tidak hanya bebas banjir, tapi juga nyaman, hijau dan beta bagi generasi mendatang. Tunggu apalagi, mari kita mulai dari diri kita

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun