Mohon tunggu...
Elvidayanty Darkasih
Elvidayanty Darkasih Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja lepas

Email : elvi.jambi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Menikmati Woku Keong Macan di Awal Bulan November

2 November 2021   13:53 Diperbarui: 3 November 2021   12:00 1432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepanjang bulan Oktober, hampir setiap hari saya melihat tumpukan keong macan berdampingan dengan kerang darah di lapak salah satu pedagang di pasar Tembilahan, Kabupaten Indragiri Hilir. Lapak yang setiap hari saya lewati saat berangkat ke  kantor, kadang saat pulang dari kantor, tumpukan keong macan tersebut malah tambah banyak dan kelihatan segar. 

Sesekali, keponakan saya membeli 1-2 kilogram keong macan lalu dimasak dengan bumbu gulai. Gulai keong macan tersebut dimakan tanpa nasi. Seperti berkurang rasa nikmatnya, begitu kata keponakan saya. Tekstur keong macan yang kenyal dan gurih memang pas dimasak dengan bumbu gulai atau kare. 

"Kalo banyak pedagang yang jual, berarti sedang musim keong macannya, Tante. Harganya juga lebih murah dari biasanya, kalau di hari biasa mencapai Rp. 25.000. - 30.000. Sekarang, mungkin sekitar Rp. 12.000. - 20.000." Ucap keponakan saya. 

Keong macan atau Babylonia spirata L. termasuk kelas gastropoda. Keong macan hidup dan berkembang biak di perairan dengan kedalaman minimal 60 meter di bawah laut. Selain memiliki nilai gizi yang tinggi, komoditas ini juga lebih bersih jika dibandingkan keong yang hidup di darat. Cangkangnya yang bermotif belang macan kerap dijadikan bahan kriya, hiasan aquarium, dan saya menjadikannya hiasan dalam pot bunga. 

Hingga awal bulan November, keong macan masih banyak dijual di lapak pedagang pasar. Kali ini saya membeli keong macan, harganya 15 ribu rupiah per kilogram. Tiba di rumah, keong macan dicuci hingga bersih. 

Saya merendam keong macan dengan air bersih, lalu mengaduknya dengan sikat. Saya lakukan hingga tiga kali mengganti air bersih agar keong macan benar-benar bersih dan tidak berbau anyir saat dimasak. 

Keong macan setelah dicuci bersih. (foto : Elvidayanty Darkasih)
Keong macan setelah dicuci bersih. (foto : Elvidayanty Darkasih)

Setelah dicuci bersih, keong macan saya marinasi dengan jeruk nipis. Kali ini, saya menyiapkan bumbu woku untuk si keong macan ini. Inilah bumbu woku keong macan ala saya,  

Bumbu yang dihaluskan :

Cabe merah keriting,

Cabe rawit (kebetulan cabe rawit yang saya panen ada yang warna ungu dan putih), 

Kemiri,

Jahe,

Kunyit,

Bawang merah dan bawang putih,

Selain bumbu yang dihaluskan, saya juga menyiapkan lengkuas dan sereh yang digeprek, cabe rawit utuh, tomat iris, daun salam, daun jeruk, daun kunyit, daun pandan, dan daun bawang. Seharusnya ada tambahan daun kemangi, tapi karena saya tidak ketemu penjual daun kemangi, sementara yang saya tanam belum bisa dipanen, terpaksa woku si keong macan tanpa daun kemangi. 

Bumbu yang disiapkan untuk memasak woku keong macan. (Foto : Elvidayanty Darkasih)
Bumbu yang disiapkan untuk memasak woku keong macan. (Foto : Elvidayanty Darkasih)
Cara Memasak :

Siapkan air dalam panci, masukkan semua bumbu halus, daun pandan, sereh dan lengkuas geprek. Rebus dengan api kecil hingga mendidih. Setelah air bumbu mendidih, masukkan keong macan ke dalam panci rebusan bumbu. Tambahkan beberapa cabe rawit utuh, daun salam, daun jeruk, dan daun kunyit. 

Masak sekitar 5 menit dengan api kecil, lalu tambahkan garam dan koreksi rasa. Matikan api kompor dahulu, baru tambahkan irisan tomat dan daun bawang, lalu aduk hingga semua bahan tercampur rata. Kini, woku keong macan siap disantap. 

Campuran rasa asam, asin, gurih, dan pedas serta aroma berbagai dedaunan membuat si keong macan menjadi santapan yang menggugah selera. 

Untuk menyantap keong macan, saya menggunakan tusuk gigi untuk menarik isi dagingnya keluar dari cangkang. Kalau keponakan saya lebih suka menggunakan jarum pentul atau peniti. 

Seperti kata keponakan saya, keong macan ini lebih nikmat disantap tanpa diganggu dengan makanan lain. Keong macan lebih enak dijadikan camilan daripada jadi lauk makan. 

"Sesudah makan, cangkangnya jangan dibuang, ya?" pesan saya kepada penghuni rumah yang menyantap keong macan. Biasanya, selain jadi hiasan pot atau aquarium ikan, cangkang keong macan yang dihancurkan jadi serbuk bisa menjadi pupuk yang bagus untuk tanaman-tanaman saya. 

Selamat memasuki bulan November...

Elvidayanty Darkasih, Indragiri Hilir

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun