Sepanjang bulan Oktober, hampir setiap hari saya melihat tumpukan keong macan berdampingan dengan kerang darah di lapak salah satu pedagang di pasar Tembilahan, Kabupaten Indragiri Hilir. Lapak yang setiap hari saya lewati saat berangkat ke  kantor, kadang saat pulang dari kantor, tumpukan keong macan tersebut malah tambah banyak dan kelihatan segar.Â
Sesekali, keponakan saya membeli 1-2 kilogram keong macan lalu dimasak dengan bumbu gulai. Gulai keong macan tersebut dimakan tanpa nasi. Seperti berkurang rasa nikmatnya, begitu kata keponakan saya. Tekstur keong macan yang kenyal dan gurih memang pas dimasak dengan bumbu gulai atau kare.Â
"Kalo banyak pedagang yang jual, berarti sedang musim keong macannya, Tante. Harganya juga lebih murah dari biasanya, kalau di hari biasa mencapai Rp. 25.000. - 30.000. Sekarang, mungkin sekitar Rp. 12.000. - 20.000." Ucap keponakan saya.Â
Keong macan atau Babylonia spirata L. termasuk kelas gastropoda. Keong macan hidup dan berkembang biak di perairan dengan kedalaman minimal 60 meter di bawah laut. Selain memiliki nilai gizi yang tinggi, komoditas ini juga lebih bersih jika dibandingkan keong yang hidup di darat. Cangkangnya yang bermotif belang macan kerap dijadikan bahan kriya, hiasan aquarium, dan saya menjadikannya hiasan dalam pot bunga.Â
Hingga awal bulan November, keong macan masih banyak dijual di lapak pedagang pasar. Kali ini saya membeli keong macan, harganya 15 ribu rupiah per kilogram. Tiba di rumah, keong macan dicuci hingga bersih.Â
Saya merendam keong macan dengan air bersih, lalu mengaduknya dengan sikat. Saya lakukan hingga tiga kali mengganti air bersih agar keong macan benar-benar bersih dan tidak berbau anyir saat dimasak.Â
Setelah dicuci bersih, keong macan saya marinasi dengan jeruk nipis. Kali ini, saya menyiapkan bumbu woku untuk si keong macan ini. Inilah bumbu woku keong macan ala saya, Â
Bumbu yang dihaluskan :
Cabe merah keriting,