Mohon tunggu...
Elvidayanty Darkasih
Elvidayanty Darkasih Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja lepas

Email : elvi.jambi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Merasa Bersalah dengan Limbah Dapur? Begini Cara Saya Mengatasinya

12 Oktober 2021   17:19 Diperbarui: 14 Oktober 2021   18:09 1268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cangkang telor dan cangkang siput bisa memberikan nutrisi bagi tanaman. (Foto : Elvidayanty Darkasih)

Minyak jelantah secangkir, 5 bonggol daun bawang, cangkang kerang, cangkang telor, styrofoam bekas makanan, gelas dan botol plastik bekas kemasan makanan dan minuman, belum lagi kemasan plastik isi ulang sabun mandi, sabun cuci piring, dan pencuci lantai. 

Ini baru secuil dari sampah yang diabsen dari dapur, limbah yang seringkali membuat saya merasa bersalah jika hanya berakhir di tempat sampah tanpa ada upaya tanggung jawab sedikitpun. 

Demi mengurangi rasa bersalah atas limbah-limbah yang saya hasilkan, saya menahan diri untuk tidak segera membuang sampah tersebut langsung ke tempat sampah, sebagian besar saya manfaatkan kembali menjadi sesuatu yang berguna. 

Minyak Goreng Bekas/Minyak Jelantah

Sejak tahu minyak goreng bisa jadi bahan bakar, saya tidak lagi buru-buru membuang sisa minyak goreng. Saat bertugas ke hutan, saya membawa minyak jelantah untuk bahan bakar lilin. 

Selain mudah dan hemat karena tidak perlu membeli lilin, lilin dengan bahan bakar minyak jelantah lebih awet. 

Dengan peralatan sederhana seperti cutter, gunting, obeng, kain bekas untuk sumbu, lilin dengan bahan bakar minyak jelantah ini saya buat dari kaleng bekas minuman. Dengan menambah beberapa lubang untuk sumbu, kaleng bekas minuman dan minyak jelantah bahkan bisa berfungsi sebagai kompor darurat. 

Lilin menyala dengan bahan bakar minyak jelantah. (Foto : Elvidayanty Darkasih)
Lilin menyala dengan bahan bakar minyak jelantah. (Foto : Elvidayanty Darkasih)

Dengan 50 ml minyak jelantah, lilin tersebut bisa menyala selama kurang lebih 8 - 10 jam. 

Seorang teman melihat lilin dari kaleng bekas dan minyak jelantah yang saya buat lalu menawarkan saya untuk membuat lilin-lilin dari kaleng bekas minuman ini lebih banyak untuk disumbangkan ke tempat-tempat yang listriknya masih terbatas dan masih mengandalkan lilin untuk penerangan di malam hari. 

Minyak jelantah ini juga bisa digunakan sebagai bahan bakar lilin apung yang banyak dijual dengan harga murah di marketplace.

Tangkapan layar lilin apung di Tokopedia.
Tangkapan layar lilin apung di Tokopedia.

Selain untuk bahan bakar lilin, minyak jelantah juga kadang saya gunakan untuk mengolesi engsel pintu yang berkarat dan menimbulkan bunyi yang meresahkan atau kunci gembok yang sulit dibuka karena berkarat. 

Styrofoam

Banyak artikel yang menyebutkan bahaya styrofoam bagi kesehatan, nyatanya kemasan ini tetap banyak dipilih pedagang makanan karena harganya yang murah. Kemasan styrofoam ini biasanya saya dapat jika mendapat kiriman makanan dari seorang teman atau saudara. 

Styrofoam yang sudah terlanjur saya terima ini, biasanya saya gunakan kembali untuk tempat menanam sayur di kolam dengan sistem aquaponik.

Styrofoam bekas untuk pelampung pot cabe di kolam. (foto : Elvidayanty Darkasih)
Styrofoam bekas untuk pelampung pot cabe di kolam. (foto : Elvidayanty Darkasih)
Menggunakan styrofoam untuk menanam kangkung dengan sistem aquaponik. (Foto : Elvidayanty Darkasih)
Menggunakan styrofoam untuk menanam kangkung dengan sistem aquaponik. (Foto : Elvidayanty Darkasih)
Kemasan Isi Ulang Sabun

Berbagai kemasan berbentuk pouch (kantong) saya gunakan sebagai pengganti polybag untuk tanaman. Kemasan plastik isi ulang berbagai jenis sabun ini kualitasnya bahkan ada yang lebih tebal dan lebih awet dari polybag. 

Berbagai kemasan isi ulang sabun untuk tanaman. (Foto : Elvidayanty Darkasih)
Berbagai kemasan isi ulang sabun untuk tanaman. (Foto : Elvidayanty Darkasih)
Botol Bekas

Karena harga media tanam di tempat saya tinggal lumayan mahal, beberapa tanaman seperti cabe dan sayuran saya tanam dengan hidroponik sistem wick. Saya memanfaatkan botol-botol bekas untuk menanam hidroponik dengan sistem wick ini. 

Limbah yang digunakan untuk tanaman dengan sistem hidroponik wick. (foto : Elvidayanty Darkasih)
Limbah yang digunakan untuk tanaman dengan sistem hidroponik wick. (foto : Elvidayanty Darkasih)
Botol-botol bekas untuk tanaman hidroponik wick. (Foto : Elvidayanty Darkasih)
Botol-botol bekas untuk tanaman hidroponik wick. (Foto : Elvidayanty Darkasih)
Sisa Makanan 

Sisa makanan saya campur dengan media tanam dan berguna sebagai pupuk alami. Misalnya cangkang telor dan cangkang siput yang saya taburkan di dalam pot cabe hias saya, membuat cabe-cabe hias saya tumbuh subur dan berbuah lebat.

Cangkang telor dan cangkang siput bisa memberikan nutrisi bagi tanaman. (Foto : Elvidayanty Darkasih)
Cangkang telor dan cangkang siput bisa memberikan nutrisi bagi tanaman. (Foto : Elvidayanty Darkasih)
Beberapa sayuran seperti sawi, daun bawang, dan wortel bisa ditanam kembali meskipun yang tersisa hanya bonggolnya. Beberapa polybag daun bawang yang saya punya adalah hasil menumbuhkan kembali bonggol daun bawang yang saya beli dari pasar. 

Re-growing daun bawang. (Foto : Elvidayanty Darkasih) 
Re-growing daun bawang. (Foto : Elvidayanty Darkasih) 
Merasa bersalah dengan sampah-sampah yang saya hasilkan, bisa membantu saya lebih bertanggung jawab dengan sampah saya sendiri. Setiap berbelanja, saya akan berpikir bagaimana sampah yang akan saya hasilkan dari belanjaan saya tersebut. 

Dengan begitu, saya bisa meminimalisir jumlah sampah yang saya hasilkan. 

Menanam berbagai jenis sayuran dan rempah-rempah juga bisa menjadi salah satu cara mengurangi limbah dapur. 

Saya tidak perlu membeli untuk stok dan menyimpannya di kulkas. Dengan begitu, risiko stok menjadi busuk dan tidak layak dikonsumsi bisa dihindari. 

Elvidayanty Darkasih, Indragiri Hilir, Riau. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun