Dear, Bang Arman...
Dua hari sebelum Ramadan kita diberi kesempatan oleh Tuhan untuk bertemu. Abang datang ke Jambi bersama isteri dan kedua puteri Abang, Nayla dan Icha. Si sulung tetap tinggal di Tembilahan, menjaga rumah bersama sepupunya.Â
Kita berziarah ke makam abah, mama, dan kakak sulung kita. Kehilangan orangtua dan dua orang saudara membuat kita semakin saling menguatkan dan menjaga satu sama lain.Â
Kita sempat bercerita soal pekerjaan kita masing-masing, juga bercerita tentang pekerjaan yang sudah aku tinggalkan karena fisikku yang tidak kuat. Meski aku menyukai pekerjaan pendampingan Suku Orang Rimba, tapi didera bronkitis kronis, membuat aku menyerah dan memilih resign.Â
Lalu Abang menawarkan pekerjaan yang menurut abang bisa aku kerjakan dengan baik, tapi pilihannya aku harus pindah ke daerah tempat Abang dan keluarga Abang menetap.Â
Bagiku, sebenarnya tak sulit beradaptasi di tempat manapun, asal aku diizinkan membawa Si Klempus, kucing kesayanganku. Toh Si Klempus juga sama sepertiku, mudah beradaptasi dengan tempat tinggal di manapun, asal bersamaku. Tembilahan juga bukanlah tempat yang asing buatku. Saat kakak sulung kita masih ada, beberapa kali lebaran aku lewati di sana. Tembilahan juga kampung kelahiran mama kita. Mungkin ini jadi kesempatanku untuk lebih mengenal saudara-saudara jauh kita. Mungkin, aku juga perlu suasana baru. Di Jambi, semua keponakanku laki-laki. Di tempat Abang, semua keponakanku perempuan.Â
Aku berharap, situasi segera membaik. Dalam dua minggu terakhir, orang-orang yang terkonfirmasi positif covid-19 di Jambi terus melonjak tajam, tidak ada lagi wilayah dengan zona hijau. Zona kuning pun hanya 2 kabupaten, 9 kabupaten kota lainnya berada di zona oranye dan merah. Semua perbatasan keluar masuk kota dijaga dengan ketat oleh petugas dan aparat.
Jadi, aku belum bisa memastikan kapan akan tiba di Tembilahan. Isterimu, adalah kakak ipar yang sangat baik hati. Dia mentransfer sejumlah uang untuk keperluan pekerjaan baruku. Dia paham saja kalo adik iparnya ini sedang bokek. Ha ha...Paling tidak aku yakin, dia juga menyambut baik rencana aku pindah ke tempat kalian.Â
Ah...isterimu itu kan memang baik hati sejak dulu. Sejak kalian pacaran, almarhumah Mama sudah memintanya tinggal di rumah kita, dan tinggal sekamar denganku. Saat itu, aku senang karena calon kakak iparku itu membawa mini compo ke kamar. Jadi, kita tidak perlu rebutan radio tua punya Abah lagi. Dia juga membawa beberapa kaset albumnya Anang. Lagu-lagu Anang sebelum dia bertemu Krisdayanti jauh berbeda. Kalo aku, lebih suka lagu-lagu Anang sebelum dia ketemu Krisdayanti. Â
Aku juga sering ngerjain calon kakak iparku itu, setelah membuat segelas kopi, kakak pergi mandi. Saat dia keluar kamar mandi, kopi yang dia buat, sudah habis kuminum. Lalu kudengar jeritannya mengomelin aku.Â