Mohon tunggu...
Elvidayanty Darkasih
Elvidayanty Darkasih Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja lepas

Email : elvi.jambi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Dear Bang Arman, Siapakah Karen?

9 Mei 2021   23:00 Diperbarui: 9 Mei 2021   23:02 852
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : tangkapan layar program Samber THR Kompasiana. 

Dear, Bang Arman...

Dua hari sebelum Ramadan kita diberi kesempatan oleh Tuhan untuk bertemu. Abang datang ke Jambi bersama isteri dan kedua puteri Abang, Nayla dan Icha. Si sulung tetap tinggal di Tembilahan, menjaga rumah bersama sepupunya. 

Kita berziarah ke makam abah, mama, dan kakak sulung kita. Kehilangan orangtua dan dua orang saudara membuat kita semakin saling menguatkan dan menjaga satu sama lain. 

Kita sempat bercerita soal pekerjaan kita masing-masing, juga bercerita tentang pekerjaan yang sudah aku tinggalkan karena fisikku yang tidak kuat. Meski aku menyukai pekerjaan pendampingan Suku Orang Rimba, tapi didera bronkitis kronis, membuat aku menyerah dan memilih resign. 

Lalu Abang menawarkan pekerjaan yang menurut abang bisa aku kerjakan dengan baik, tapi pilihannya aku harus pindah ke daerah tempat Abang dan keluarga Abang menetap. 

Bagiku, sebenarnya tak sulit beradaptasi di tempat manapun, asal aku diizinkan membawa Si Klempus, kucing kesayanganku. Toh Si Klempus juga sama sepertiku, mudah beradaptasi dengan tempat tinggal di manapun, asal bersamaku. Tembilahan juga bukanlah tempat yang asing buatku. Saat kakak sulung kita masih ada, beberapa kali lebaran aku lewati di sana. Tembilahan juga kampung kelahiran mama kita. Mungkin ini jadi kesempatanku untuk lebih mengenal saudara-saudara jauh kita. Mungkin, aku juga perlu suasana baru. Di Jambi, semua keponakanku laki-laki. Di tempat Abang, semua keponakanku perempuan. 

Aku berharap, situasi segera membaik. Dalam dua minggu terakhir, orang-orang yang terkonfirmasi positif covid-19 di Jambi terus melonjak tajam, tidak ada lagi wilayah dengan zona hijau. Zona kuning pun hanya 2 kabupaten, 9 kabupaten kota lainnya berada di zona oranye dan merah. Semua perbatasan keluar masuk kota dijaga dengan ketat oleh petugas dan aparat.

Jadi, aku belum bisa memastikan kapan akan tiba di Tembilahan. Isterimu, adalah kakak ipar yang sangat baik hati. Dia mentransfer sejumlah uang untuk keperluan pekerjaan baruku. Dia paham saja kalo adik iparnya ini sedang bokek. Ha ha...Paling tidak aku yakin, dia juga menyambut baik rencana aku pindah ke tempat kalian. 

Ah...isterimu itu kan memang baik hati sejak dulu.  Sejak kalian pacaran, almarhumah Mama sudah memintanya tinggal di rumah kita, dan tinggal sekamar denganku. Saat itu, aku senang karena calon kakak iparku itu membawa mini compo ke kamar. Jadi, kita tidak perlu rebutan radio tua punya Abah lagi. Dia juga membawa beberapa kaset albumnya Anang. Lagu-lagu Anang sebelum dia bertemu Krisdayanti jauh berbeda. Kalo aku, lebih suka lagu-lagu Anang sebelum dia ketemu Krisdayanti.  

Aku juga sering ngerjain calon kakak iparku itu, setelah membuat segelas kopi, kakak pergi mandi. Saat dia keluar kamar mandi, kopi yang dia buat, sudah habis kuminum. Lalu kudengar jeritannya mengomelin aku. 

Semoga situasi segera membaik dan kondusif, dan aku bisa segera bekerja di sana. Aku juga masih penasaran soal Karen, nama yang begitu sering disebut puteri bungsumu saat ke Jambi. 

Berkali-kali kutanya, "who is Karen?" Tapi, jawaban Icha masih saja membingungkan. Sepertinya aku perlu belajar bahasa Inggris lagi supaya mengerti apa yang dibicarakan Icha. 

Aku sempat bercerita ke Icha soal nama Karen. Karen adalah salah satu suku tradisional di Myanmar. Tahun 2017 lalu, saat aku masih bekerja di Radio untuk Komunitas Orang Rimba, aku kedatangan rombongan dari Myanmar. Rombongan ini melakukan studi banding, mereka terdiri dari aktivis, dosen, mahasiswa, dan anggota Suku Karen. Sungguh pemandangan yang mengharukan ketika melihat orang dari Suku Karen berpelukan dengan Orang Rimba, dan mereka memakai pakaian tradisional mereka masing-masing. 

Aku juga bercerita tentang Karen dalam Novel Sarongge yang ditulis Tosca Santoso. Seorang perempuan pejuang lingkungan, yang pada akhirnya tewas di hutan, di tempat dia mengabdikan hidupnya. 

Aku masih penasaran, siapakah Karen yang dimaksud Icha? Sepertinya, aku baru bisa menemukan jawabannya jika aku lebih banyak mengobrol dengan Si Bungsu. 

Buat aku, Ramadan di tahun ini lebih baik dari tahun kemarin. Sampai hari ini, aku masih berkumpul dengan kakak di Jambi. Tidak seperti tahun kemarin, aku melewati setengah bulan Ramadan dan Lebaran di tempat karantina bedebah bernama Graha Lansia itu. Sepertinya aku masih menyimpan dendam dan trauma akibat tempat bernama Graha Lansia itu. Sepertinya, gegara tulisanku di Kompasiana, tempat itu tidak lagi digunakan sebagai tempat karantina. 

Saat ini, aku dan kakak sekeluarga di Jambi dalam kondisi sehat wal-afiat. Semoga Abang dan keluarga di sana juga sehat selalu. Meskipun lebaran nanti kita tidak bisa bersama-sama ziarah ke makam orangtua dan kakak kita, yang terpenting doa dari Abang sekeluarga di sana. Aku dan kakak akan mengunjungi dan membersihkan makam orangtua kita, sepertinya kakak berencana menanam mawar di dekat makam orang tua kita. 

Selamat menyambut lebaran ya, Bang. Titip salam untuk kak ipar dan keponakan-keponakanku, juga saudara-saudara yang ada di sana. Semoga kita bisa segera bertemu. Mohon maaf lahir batin. 

Adikmu, 

Elvidayanty Darkasih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun