"Hai, Vi...aku baru dapat rezeki lumayan. Aku lihat postinganmu soal Anak-anak Rimba, adakah yang bisa aku bantu?" Sapa seorang teman di inbox facebook saya.Â
Saya menyambut dengan senang hati niat baik tersebut. Saya kemudian bertanya kepada teman-teman sesama pendamping Orang Rimba. Karena saat itu tahun ajaran baru sekolah, beberapa anak Rimba ada yang akan masuk sekolah formal dan membutuhkan seragam sekolah, sepatu, juga tas.Â
Kalau sepatu dan seragam sekolah agak repot karena ukuran setiap anak bisa beda-beda. Akhirnya saya dan teman-teman sepakat minta bantuan tas saja.Â
"Sebenarnya, lebih mudah aku transfer uangnya ke kamu, Vi. Tapi, karena kamu nggak mau terima transferan uang, caranya kamu pilih aja tasnya di marketplace. Pilih tas yang bagus dan kuat, karena anak-anak rimba pasti melewati perjalanan jauh untuk sampai di sekolah. Kamu butuh tasnya berapa, nanti aku yang bayar dari sini." Saran teman saya. Saya memang menolak diberi titipan uang, takut khilaf dan terpakai untuk urusan pribadi, ha ha.Â
Tidak sampai seminggu setelah pemesanan di marketplace, 20 tas ransel pesanan saya tiba di kantor, lalu dibawa oleh teman-teman yang tugas ke lokasi tempat tinggal Suku Orang Rimba. Saya lalu mengirimkan foto-foto pemberian tas tersebut kepada teman saya sebagai bukti donasinya sudah disalurkan sesuai amanah.Â
Lain waktu, ketika kabut asap mengepung provinsi Jambi tahun 2015 lalu, seorang teman menghubungi saya. Bertanya bagaimana nasib anak-anak dan perempuan rimba. Tidak lama kemudian, saya mendapat kiriman paket satu kardus besar berisi makanan untuk bayi dan balita. Teman saya hanya menggerakkan jari-jarinya di telepon genggam, lalu barang yang ingin dia donasikan tiba di tempat tujuan.Â
Suatu hari, seorang teman menghubungi saya, dia berencana membangun perpustakaan di kampung. Dia meminta bantuan saya untuk mendonasikan beberapa buku bekas yang masih layak untuk dibaca. Saat itu saya tanya, apakah dia sudah punya rak atau lemari buku untuk perpustakaan tersebut. Ketika saya menawarkan bantuan berupa lemari buku, dia menyambut tawaran saya dengan senang hati.Â
"Yang nyumbang buku sudah banyak, nggak? Aku sedang di lapangan dan belum tahu kapan pulang untuk menyortir buku-buku untuk disumbangkan. Bagaimana kalo sementara ini aku bantu pengadaan rak buku dulu." Ucap saya waktu itu.Â
"Serius? Mau kasih rak buku?" Ucap teman saya. Saya hanya minta dia menuliskan dengan jelas nama penerima, nomor kontak penerima, dan alamat yang jelas.Â