Beberapa kliping koran saya sering dipinjam untuk kebutuhan skripsi, tesis atau disertasi, tapi jarang ada yang kembali. Kadang, karena artikel di kliping itu menurut saya sangat penting, saya menjadi kesal dan mengumpat orang yang meminjam kliping saya. Saat ini, jika ada yang ingin meminjam kliping koran, saya hanya berikan fotokopiannya. Apalagi jika kliping tersebut sudah dibundel menjadi satu, semakin berat hati saya meminjamkan. Beruntung sekarang banyak mesin printer yang bisa berfungsi untuk fotokopi juga.Â
Hobi mengumpulkan kliping koran ternyata sangat membantu saya ketika menjadi penyiar radio. Ketika saya menjadi penyiar radio, teknologi internet tidak semudah saat ini. Tidak ada script writer di radio tempat saya bekerja, penyiar harus menyiapkan semuanya sendiri.Â
Beberapa teman penyiar saya, kadang terpaksa membeli beberapa majalah bekas untuk bahan siaran. Saya cukup membawa kliping koran untuk modal cuap-cuap di radio. Beberapa teman penyiar akhirnya lebih suka diberi jam siaran request lagu, karena hanya perlu membaca pesan-pesan pendengar yang dikirim lewat kupon siaran atau lewat telepon.Â
Saat saya bekerja di radio untuk komunitas Orang Rimba di Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD), Jambi, saya juga membiasakan penyiar memanfaatkan kliping koran yang saya bawa untuk bahan siaran. Sehingga, tidak ada alasan untuk meminta kuota internet dengan dalih mencari materi siaran.Â
Kliping koran juga membantu saya saat membuat beberapa konten pustaka audio yang beragam. Itu sebabnya, sampai hari ini saya masih hobi mengumpulkan berbagai artikel di koran untuk dikliping. Buat saya, membaca kumpulan artikel yang di kliping sama saja seperti membaca buku.Â
Karena hobi membaca, selain koleksi kliping koran, saya juga memiliki beberapa koleksi buku. Ada beberapa buku yang berhubungan dengan pekerjaan saya di radio. Beberapa buku filsafat dan novel, juga buku resep masakan.Â
Saya juga masih menyimpan buku dalam bahasa Arab, buku tua dengan sampul berbahan kain. Buku tersebut adalah hadiah dari sahabat abah.Â