Biasanya, jika sampai pukul 10 pagi saya belum bangun, mama akan memaksa saya bangun. "Nanti habis shalat Dzuhur boleh tidur lagi, sekarang bangun dulu." Begitu mama membujuk saya agar segera bangun.Â
Seiring waktu, kebiasaan saya mendengarkan siaran radio saat sahur mulai berkurang, namun tidak mengurangi kebiasaan saya yang sulit tidur malam. Ketika kakak-kakak saya sudah bekerja dan merantau, kondisi keuangan keluarga saya mulai membaik.Â
Sambil kuliah saya juga sesekali mendapat penghasilan dari upah mengerjakan laporan hasil kayu beberapa pabrik kayu di Jambi, saya pun bisa membeli kaset lagu-lagu kesukaan saya.Â
Kebiasaan mendengarkan radio menjelang sahur, berganti dengan mendengarkan lagu-lagu dari kaset favorit saya. Sesekali, saya masih mendengarkan radio.Â
Sungguh menyebalkan mendengarkan radio yang lebih banyak iklannya daripada lagunya, kalau sudah begitu, saya balik lagi memutar kaset koleksi saya, ha ha...
Menjelang sahur, sambil mendengarkan lagu-lagu favorit, saya bisa menamatkan beberapa buku bacaan, atau menyelesaikan tugas-tugas kuliah.Â
Kadang, suara lagu di tape tumpang tindih dengan suara tuts mesin ketik. Dengan mesin ketik juga saya mengerjakan laporan ribuan kubik kayu beberapa pabrik pengolahan kayu yang di Jambi disebut sawmill.Â
Saya lupa kapan terakhir saya mulai berhenti mendengarkan radio dan musik saat sahur. Namun, kebiasaan susah tidur hingga petugas mushalla dekat rumah menyerukan warga sekitar untuk sahur, belum bisa hilang hingga saat ini.Â
Ketika saya harus sahur dan berbuka puasa sendirian, terutama sejak kedua orangtua meninggal dunia, saya sering kebablasan di waktu berbuka puasa.Â
Ketika itu, sambil menunggu adzan magrib saya rebahan di sofa. Saya sempat tertidur sesaat, dan terbangun ketika mendengar suara adzan. Setelah berbuka puasa, saya lanjutkan dengan shalat maghrib.Â