Mohon tunggu...
Elvidayanty Darkasih
Elvidayanty Darkasih Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja lepas

Email : elvi.jambi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Masjid Agung Al-Falah, Tempat Saya Belajar Bahasa Inggris dan Arab

30 April 2021   22:57 Diperbarui: 30 April 2021   22:58 2522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keponakan saya berbuka puasa di Masjid Agung Al-Falah. (Foto : dokrpi)

"Bunda, kok kita nggak pernah ke Masjid Agung lagi?" Tanya keponakan saya. Sebelum pandemi, sesekali kakak saya akan mengajak anak-anaknya berbuka puasa bersama di Masjid Agung Al-Falah, Jambi. 

"Kalau Covid-19 sudah tidak mengganggu kita lagi, baru kita aman berbuka puasa disana, Dek. Mudah-mudahan, tahun depan kita bisa berbuka puasa di Masjid Agung lagi, ya?" Bujuk kakak saya. 

Masjid Agung Al-Falah adalah masjid terbesar di Provinsi Jambi, mampung menampung hingga 10 ribu jamaah. Masjid ini menjadi kebanggaan masyarakat Jambi dengan julukannya "Masjid Seribu Tiang". Meskipun julukannya "Masjid Seribu Tiang", kenyataannya masjid ini hanya memiliki 256 tiang. 

Sebelum pandemi, setiap Ramadan masjid ini selalu ramai dikunjungi. Aneka menu berbuka puasa tersedia bagi siapa.saja yang datang ke masjid. Biasanya, kakak saya tetap membawa bekal sendiri dari rumah. Menjelang waktu berbuka puasa, keponakan-keponakan saya melihat ikan-ikan di kolam. Dengan membeli sebungkus makanan ikan seharga Rp. 5.000,- keponakan-keponakan saya semakin asik memperhatikan ikan yang ada di kolam masjid. 

Keponakan saya berbuka puasa di Masjid Agung Al-Falah. (Foto : dokrpi)
Keponakan saya berbuka puasa di Masjid Agung Al-Falah. (Foto : dokrpi)
Masjid Agung Al-falah kota Jambi diresmikan penggunaannya oleh presiden Soeharto pada tanggal 29 September 1980. Laman kemenag.go.id menjelaskan, lokasi berdirinya Masjid Agung Al-Falah dahulunya adalah pusat kerajaan Melayu Jambi, atau lokasi istana Sulthan Thaha Saifuddin. 

Masjid ini berdiri diatas lahan seluas lebih dari 26.890 M2 atau lebih dari 2,7 Hektar, sedangkan luas bangunan masjid adalah 6.400 M2 dengan ukuran 80m x 80m. Sedari awal bangunan Masjid Agung hingga sekarang tetap dipertahankan sesuai bentuk awalnya. 

Al-Falah dalam bahasa arab bila di Indonesiakan menjadi Kemenangan, menang bermakna memiliki kebebasan tanpa kungkungan, mungkin filosofi itu juga yang menjadi dasar dibangunnya masjid ini dengan konsep terbuka. Agar muslim manapun bebas masuk dan melaksanakan ibadah di masjid ini.

Bagi saya, Masjid Agung Al-Falah memiliki kenangan tersendiri. Saya mendapat kursus bahasa Arab dan bahasa Inggris di masjid ini secara gratis. 

Ketika itu, saya masih bersekolah di Madrasah Aliyah (setara SMA). Dengan penghasilan orangtua yang pas-pasan, saya tidak berani untuk meminta kursus bahasa asing. Saat itu, untuk menutupi kekurangan biaya sehari-hari, saya dan kakak-kakak saya harus membantu usaha roti orang tua. Hampir tidak ada waktu untuk bermain-main. Jika kami tidak membantu usaha orangtua, orangtua akan kesulitan membiayai pendidikan ke-enam anaknya. 

Suatu hari mama mendapat informasi dari temannya akan ada kursus bahasa Arab dan bahasa Inggris di Masjid Agung Al-Falah untuk usia sekolah dasar, menengah dan atas. Pengurus masjid menggratiskan biaya kursus tersebut bagi siapa saja yang berminat. Pengajarnya adalah dosen-dosen dari Universitas Jambi untuk bahasa Inggris, dan dosen-dosen dari IAIN Jambi untuk bahasa Arab. 

Waktu itu saya masih ragu mau mendaftar, karena jam belajarnya berbenturan dengan jadwal saya memanggang roti di rumah. Tapi saat itu mama meyakinkan saya untuk mendaftar. "Mumpung gratis, yang mengajar orang-orang hebat pula." Ucap mama. 

Saya akhirnya bisa mengikuti pelajaran bahasa Arab dan bahasa Inggris. Jadwal kursus tersebut cukup padat, hanya hari Jumat dan Minggu yang libur. Jam belajar dimulai pukul 14.00 - 17.00 WIB. Dahulu, jam belajar di sekolah tidak selama jam belajar anak-anak sekolah sekarang. Jadi, masih ada waktu pulang dari sekolah, makan siang di rumah, lalu dilanjutkan pergi ke tempat kursus. 

Setiap 6 bulan sekali, pengurus masjid mengadakan ujian untuk peserta kursus. Beberapa hari setelah ujian, saya dipanggil pengurus masjid. Ternyata, pengurus masjid meminta saya menyampaikan pidato dalam bahasa Arab pada saat acara pengumuman hasil ujian. Saya lalu diberi konsep dan diajarkan oleh pembimbing Bahasa Arab yang di kemudian hari menjadi dosen saya di kampus. 

Rasanya bahagia sekali melihat wajah orangtua saya yang ikut terharu dan bangga. Saya bahagia karena bisa mengganti rasa bersalah saya setiap pergi kursus harus meninggalkan pekerjaan saya memanggang roti. 

Di hari pengumuman hasil ujian kursus, saya bisa melakukan tugas saya dengan baik, berpidato dalam bahasa Arab di hadapan para pengurus masjid, peserta kursus, dan dosen-dosen pengajar. Saat diumumkan, ternyata saya adalah peserta dengan nilai tertinggi untuk kelas bahasa Arab dan bahasa Inggris tingkat SMA. Saat cerita ke mama saya diminta berpidato dalam bahasa Arab saja, mama sudah bahagia sekali. Apalagi jika tahu saya menjadi juara di kedua kelas bahasa.

Piagam kursus bahasa Arab dan Inggris dari Masjid Agung Al-Falah. (Foto : Elvidayanty)
Piagam kursus bahasa Arab dan Inggris dari Masjid Agung Al-Falah. (Foto : Elvidayanty)

Saya membawa pulang banyak hadiah dari pengurus Masjid Agung Al-Falah. Selain mendapat beberapa lusin buku tulis, saya juga mendapat hadiah 2 kodi kain sarung. "Wah...kamu borong semua hadiahnya?" Ucap mama saat saya tiba di rumah. 

Saya mengambil sebuah kain sarung hadiah untuk saya pakai sendiri, sisanya saya berikan ke mama, "ini kain sarung untuk mama dan nenek aja, aku satu aja sudah cukup."

Setiap kali melewati masjid Agung Al-Falah, saya selalu teringat sudut ruangan dimana saya belajar bahasa Arab dan bahasa Inggris. Saya berharap, suatu hari nanti kegiatan tersebut diadakan lagi oleh pengurus masjid. Kursus gratis seperti itu sangat membantu dan berarti bagi orang-orang yang tidak mampu. 

Semoga pandemi segera berlalu, dan kakak saya bisa berkata, "ayok...kita berbuka puasa di Masjid Agung." Lalu disambut sorak gembira keponakan-keponakan saya. 

Elvidayanty Darkasih, Jambi. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun