Beberapa hari lalu, di salah satu grup Facebook pecinta tanaman miana saya memposting foto menu pepes ikan sarden dan daun miana. Postingan tersebut menuai pro dan kontra, dibagikan hingga 200-an kali.Â
Ada yang baru mengetahui ternyata tanaman miana bisa dikonsumsi, ada juga yang menginformasikan di kolom komentar mengenai kuliner khas Toraja yang juga menggunakan daun miana. Yang kontra, menyayangkan ulah saya memasak daun miana. Seakan-akan tidak ada sayur yang lain saja yang bisa dimasak, kenapa harus daun miana?Â
"Ini grup pecinta miana, wajar kalau tidak terima miana dikonsumsi. Coba aja di grup pecinta ikan mas koki, tidak mungkin kan ikan mas koki-nya dimasak."Â
Komentar yang cuma bisa membuat saya tertawa. Membandingkan miana dengan ikan mas koki tentu saja bukan perbandingan yang apple to apple. Kalau punya ikan mas koki 7 ekor, dimasak 3 ekor, pasti berkurang dan menyisakan 4 ekor.Â
Tapi, mengkonsumsi daun miana, tanamannya tetap tumbuh, dan daun-daun baru akan muncul selama dirawat dengan baik. Lagi pula, tanaman miana memiliki banyak manfaat bagi kesehatan selama dikonsumsi tidak berlebihan, cukup dengan takaran maksimal 100 gram per hari.
Namun, banyak juga yang menanyakan resep tersebut di pesan pribadi saya. "Saya tulis dulu resepnya di Kompasiana, nanti saya bagikan tautannya, ya?" Janji saya kepada akun-akun yang menanyakan resep tersebut.Â
Resep pepes ikan sarden dan daun miana tersebut lalu saya tulis di Kompasiana (klik di sini).
Alangkah kagetnya saya, postingan saya di grup pecinta miana sudah hilang, dihapus oleh admin. Saya tidak melihat ada pelanggaran dari postingan tersebut. Buktinya, tulisannya diberi label "pilihan" oleh admin Kompasiana. Di peraturan grup, tidak ada larangan memposting kuliner berbahan daun miana. Saya mencoba membagikan resep yang saya tulis di Kompasiana, nasibnya sama saja, langsung dihapus oleh admin grup, tanpa penjelasan dan klarifikasi.Â
Saya akhirnya membuat postingan pamit dari grup tersebut. Saya mengemukakan kekecewaan saya pada tindakan admin yang tidak dewasa, dan sebagian anggota bahkan menilai admin grup pecinta miana kurang wawasan.Â
Kalau suatu tanaman hias memang bisa dikonsumsi, kenapa harus dipermasalahkan? Itu bukanlah sebuah bentuk pelecehan terhadap tanaman hias seperti miana.Â
Saya juga merawat beberapa jenis cabe hias seperti bolivian rainbow, blue Christmas, Sangria, dan lain-lain. Bentuknya juga indah, saya merawat cabe hias tersebut juga untuk dikonsumsi, bukan hanya sebagai tanaman hias.Â
Salah satu adminnya lalu mengklarifikasi dengan berdalih tidak sengaja terhapus. Kalau tidak sengaja menghapus postingan saya soal pepes ikan sarden dan daun miana, ya nggak harus sampai dua kali dong terhapusnya. Itu tandanya memang niat menghapus, wekekekek.Â
Jadi, kalau mengaku penyayang miana, seharusnya jangan memakannya gituh? Saya juga menyayangi ayam, kambing, dan sapi, karena hewan-hewan tersebut enak dimasak dan dimakan.Â
Elvidayanty Darkasih, Jambi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI