Mohon tunggu...
Elvidayanty Darkasih
Elvidayanty Darkasih Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja lepas

Email : elvi.jambi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Kamu Termasuk Well Prepare atau Aji Mumpung?

2 Juli 2020   12:52 Diperbarui: 5 Juli 2020   21:53 626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sambal kering campuran kacang tanah, tempe, kentang dan ikan teri. Awet hingga berminggu-minggu jika disimpan di tempat kedap. (foto : Elvidayanty)

Jauh sebelum pandemi Covid-19, saya sudah terbiasa membawa hand sanitizer, tisue basah dan tisue kering, peralatan makan dan minum seperti piring, sendok, gelas dan termos untuk air panas. 

Ketika itu, saya bekerja sebagai staf lapangan untuk sebuah radio komunitas di pinggir kawasan hutan Taman nasional.

Untuk kenyamanan kerja dan tempat tinggal selama saya bertugas, saya menyiapkan beberapa peralatan portabel dan bongkar pasang supaya mudah dibawa pulang pergi ke lapangan.

Saya memiliki dua jenis kompor portabel, ada yang menggunakan gas portabel, dan ada yang menggunakan spirtus atau kayu/arang. Jika cadangan gas portabel habis, kompor menggunakan arang/kayu bisa digunakan. 

Kompor portabel, yang satu menggunakan gas portabel, yang satunya menggunakan spirtus/arang/kayu. (Foto : Elvidayanty)
Kompor portabel, yang satu menggunakan gas portabel, yang satunya menggunakan spirtus/arang/kayu. (Foto : Elvidayanty)

Untuk menghemat penggunaan bahan bakar, untuk air layak konsumsi, saya menggunakan penjernih air (water purifier).

Setiap akan berangkat tugas ke lapangan, saya akan mengganti dengan cartridge yang baru. Sehingga, saat ketemu sungai yang jernih, saya cukup menyaring air dengan water purifier portabel tersebut.

Tidak perlu repot memasak air atau membawa berbotol-botol air mineral. Selain mengurangi beban bawaan, juga lebih hemat dan mengurangi sampah lingkungan. 

Dua alat penjernih air (water purifier) portabel. (Foto : Elvidayanty)
Dua alat penjernih air (water purifier) portabel. (Foto : Elvidayanty)

Untuk kenyamanan istirahat, saya juga selalu membawa kasur angin dan bantal angin. Peralatan pendukung seperti galon lipat, ember lipat, tali jemuran yang mudah dibongkar pasang, lampu emergency, juga membuat tugas di lapangan tidak lagi menjadi beban.

Paling tidak, saya sudah berusaha membuat diri saya nyaman dengan kondisi dan situasi di luar kebiasaan saya di rumah. Semua peralatan memasak, peralatan makan dan minum, juga peralatan lainnya bisa dikemas praktis dalam satu tas ransel. 

Biasanya, saya juga membawa lauk yang tahan lama supaya bisa menghemat stok makanan dan bahan bakar. Rendang daging kering dan sambal kering campuran tempe, kacang tanah, ikan teri dan kentang iris tipis adalah menu favorit yang selalu saya siapkan saat akan berangkat tugas ke lapangan. 

Sambal kering campuran kacang tanah, tempe, kentang dan ikan teri. Awet hingga berminggu-minggu jika disimpan di tempat kedap. (foto : Elvidayanty)
Sambal kering campuran kacang tanah, tempe, kentang dan ikan teri. Awet hingga berminggu-minggu jika disimpan di tempat kedap. (foto : Elvidayanty)

Jika semua sudah lengkap, bekerja di lapangan bisa lebih fokus. 

Nah...bagi saya menyiapkan segala sesuatu seperti di atas adalah wajib setiap akan berangkat tugas ke lapangan. Saat di lapangan fokus utama adalah pekerjaan yang harus diselesaikan, bukan lagi pusing dengan urusan dengan perut yang lapar, atau tidur yang tidak nyenyak.

Kadang, kebiasaan saya itu malah jadi alasan aji mumpung buat sebagian orang. Ngapain repot kalo bisa nebeng? Hahahaha....ya kalo cuma nebeng alat masak. Tapi masa iya gas portabel nya ikutan nebeng? Rendang dan sambal campurnya mau nebeng juga? Padahal sama-sama mendapatkan uang per diem yang sama, juga uang makan yang sama.

Tapi, tipikal orang yang aji mumpung kan memang selalu ada. Kalo bisa ringan, ngapain bawa beban berat. Kalo bisa gratis, ngapain repot beli? 

Kalo ketemu orang dengan tipikal seperti ini, jika dia lebih senior dan lebih dulu bekerja di lapangan dari saya. Saya akan tidak peduli, peralatan dan stok makanan yang saya bawa, akan saya gunakan sendiri tanpa mau berbagi.

Jika yunior dan baru pertama kali ke lapangan, saya akan berbagi untuk kunjungannya yang pertama kali, dan jika kunjungannya yang kedua dia tidak punya persiapan, bukan lagi menjadi urusan saya.

Jika teman yang sesekali ke lapangan, saya akan tegas menyebutkan pembagiannya seperti apa untuk kebutuhan bersama selama bertugas di lapangan.

Saya tidak akan membiarkan kebiasaan aji mumpung itu tumbuh subur. Apalagi jika yang dimanfaatkan itu adalah saya sendiri. Hahahaha....

Jadi, saat covid-19 mewabah dan mengharuskan beberapa kebiasaan berubah, saya sudah tidak kaget lagi. Karena jauh sebelum pandemi, kebiasaan membawa alat makan minum, hand sanitizer, tisue basah dan kering, mantel tipis sekali pakai, sudah biasa saya lakukan.

Beberapa warung tempat saya jajan, sudah terbiasa dengan alat makan dan minum yang saya bawa sendiri meskipun makan di tempat, apalagi jika mau dibawa pulang. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun