Setelah tiga tahunan saya bertugas di Benorfm, Bepuncak baru ikut bersiaran. Anak pendiam itu, akhirnya bisa juga jadi penyiar. Awalnya, hanya ikut-ikutan jika diajak penyiar rimba lainnya.Â
Bepuncak lalu menjadi penyiar yang paling muda diantara penyiar-penyiar rimba lainnya. Suaranya yang lantang dan khas anak-anak, punya daya tarik sendiri di telinga pendengar.Â
Bepuncak dan anak Rimba lainnya sering bercerita tentang kehidupan dan adat istiadat Orang Rimba saat bersiaran. Lewat Radio Benorfm, orang-orang di luar hutan bisa mengenal bagaimana kehidupan Orang Rimba, Orang Rimba yang mendengarkan siaran Benorfm juga bisa memahami bagaimana kehidupan di luar rimba. Itu sebabnya bahasa yang digunakan saat bersiaran adalah bahasa Indonesia dan Bahasa Rimba.Â
Saat menerima honor siaran, Bepuncak selalu menyisihkan sebagian besar dari honornya untuk diberikan ke ibunya. Sisanya dia gunakan untuk jajan makanan kesukaan dia.Â
Teman-teman Bepuncak yang sebaya, akhirnya ada yang ikut jejak Bepuncak. Belajar siaran di Radio Benorfm. Radio Benorfm menjadi tempat belajar anak-anak Rimba mengasah kemampuan berbicara secara teratur dan sederhana agar pendengar mudah memahami apa yang mereka sampaikan. Juga menjadi tempat belajar membangun kepercayaan diri anak-anak Rimba.Â
Saat saya resign dari Benorfm, Bepuncak sudah mulai bersekolah dasar di desa terdekat. Umumnya anak-anak Rimba yang bersekolah formal, biasanya mereka tinggal di kantor lapangan KKI Warsi, termasuk Bepuncak. Staf lapangan KKI Warsi akan membantu memfasilitasi kebutuhan mereka selama mengikuti pendidikan formal.Â
Di luar jam sekolah, anak-anak Rimba tetap bebas dengan hobinya. Ada yang siaran di Radio Benorfm, ada yang olahraga, dan ada yang membuat kerajinan khas Orang Rimba untuk dijual.Â
Kalau pandemi ini usai, mungkin saya akan mencari kesempatan berkunjung ke Benorfm, siapa tahu masih ketemu Bepuncak di sana.Â