Mohon tunggu...
Elvidayanty Darkasih
Elvidayanty Darkasih Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja lepas

Email : elvi.jambi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Surat Terbuka untuk Wali Kota Jambi, Bapak Syarif Fasha

12 Juni 2020   09:44 Diperbarui: 12 Juni 2020   09:39 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kepada Yth.

Bapak Wali Kota Jambi Syarif Fasha

Di _ 

Tempat

Dengan hormat, 

Saya adalah warga Kota Jambi, salah satu pedagang pasar tradisional yang mengikuti kegiatan rapid test massal di pasar tradisional Angsoduo, Jambi tepat sebulan yang lalu, 12 Mei 2020. 

Pada tanggal 13 Mei 2020, Bapak mengumumkan sejumlah pedagang pasar tradisional ternyata hasil uji rapid testnya adalah reaktif. Bapak sampai menyebutnya sebagai "klaster pasar". Bapak mengumumkan nama-nama kami di media. Nama-nama kami, meski hanya disebut dengan inisial dan kelurahan tempat kami berdomisili terpampang jelas di berbagai media. 

Bapak juga mengirimkan petugas puskesmas ke kelurahan dan RT tempat Ki berdomisili. Lalu, kami dipaksa untuk dikarantina di Graha Lansia, tempat yang Bapak bilang sudah sesuai dengan standar kesehatan dan kelayakan itu, sungguh jauh dari kenyataan. Jauh dari kata aman dan nyaman untuk penanganan virus seperti Covid-19. 

Penempatan beberapa pasien dalam satu kamar, mengabaikan protokol kesehatan. Kondisi kamar dan tempat tidurnya bersebu. Kamar mandi yang hanya tersedia satu untuk seluruh pasien, 2 toilet untuk perempuan dan 2 toilet untuk laki-laki, juga sangat rawan dengan penularan virus. Di tempat seperti ini, orang yang sehat, malah riskan untuk sakit. 

Kami dipaksa untuk menerima kondisi tempat tinggal seperti itu. Meski sebenarnya kami bisa melakukan isolasi mandiri di rumah sendiri, dengan tempat tinggal yang jauh lebih representatif sebagai tempat karantina. Selama kami di Graha Lansia, petugas karantina juga lebih sering berada di ruangan mereka. Pengukuran suhu tubuh pasien, tidak dilakukan setiap hari. 

Saya tidak bermaksud memprovokasi warga lain agar tidak mau ikut rapid test. Tapi warga berhak tahu apa yang terjadi selanjutnya jika hasil rapid testnya reaktif. Seperti apa kondisi tempat karantina yang disediakan pemerintah. Bantuan apa yang akan diberikan pemerintah. Di antara para pedagang pasar yang dikarantina, tak jelas bantuannya apa saja. Ada yang dapat bantuan, ada yang tidak dapat. Bentuk dan jumlah bantuan yang diterima pun tidak sama di antara kami. 

Ada yang mendapatkan paket lengkap karbohidrat dan protein seperti beras, sarden kaleng dan telur. Ada yang hanya mendapatkan paket minimalis berupa minyak goreng dan mie instan 4 bungkus. Ini saja menunjukkan koordinasi yang tidak jelas. Jika kami melakukan protes dan komplain, petugas hanya menjawab, "kami hanya menjalankan tugas." Atau, "ini atas perintah Pak Wali Kota." 

Tahukah Bapak, dampak yang paling memilukan setelah kami mengikuti rapid test itu? Selain tinggal di karantina Graha Lansia yang jauh dari kata nyaman dan aman itu? Beberapa dari kami dikucilkan tetangga, ada yang mendapat tambahan nama belakang "Corona", kami juga kehilangan pelanggan, meskipun lewat hasil uji swab dua kali, hasil pemeriksaan kami adalah negatif. Belum lagi selama proses karantina 3 Minggu kami tidak bekerja dan tidak ada pemasukan. 

Dampaknya juga berimbas pada sepinya pasar tradisional di Kota Jambi, termasuk di Angsoduo. Setelah kegiatan rapid eat massal, rumor yang beredar di masyarakat adalah pedagang pasar banyak yang positif Corona. Padahal reaktif dari rapid test itu belum tentu positif Corona. Pasar menjadi sepi, pedagang lain juga menjerit karena terus merugi. 

Dan, yang saya tidak habis mengerti, kenapa Bapak tega mengumumkan nama-nama kami di media setelah kegiatan rapid test massal, tapi saat kami telah melewati dua kali uji swab dan hasilnya negatif, tak ada pengumuman apa-apa yang Bapak sampaikan ke media untuk memulihkan nama baik kami. 

Jambi, 12 Juni 2020.

Elvidayanty Darkasih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun