Ada yang mendapatkan paket lengkap karbohidrat dan protein seperti beras, sarden kaleng dan telur. Ada yang hanya mendapatkan paket minimalis berupa minyak goreng dan mie instan 4 bungkus. Ini saja menunjukkan koordinasi yang tidak jelas. Jika kami melakukan protes dan komplain, petugas hanya menjawab, "kami hanya menjalankan tugas." Atau, "ini atas perintah Pak Wali Kota."Â
Tahukah Bapak, dampak yang paling memilukan setelah kami mengikuti rapid test itu? Selain tinggal di karantina Graha Lansia yang jauh dari kata nyaman dan aman itu? Beberapa dari kami dikucilkan tetangga, ada yang mendapat tambahan nama belakang "Corona", kami juga kehilangan pelanggan, meskipun lewat hasil uji swab dua kali, hasil pemeriksaan kami adalah negatif. Belum lagi selama proses karantina 3 Minggu kami tidak bekerja dan tidak ada pemasukan.Â
Dampaknya juga berimbas pada sepinya pasar tradisional di Kota Jambi, termasuk di Angsoduo. Setelah kegiatan rapid eat massal, rumor yang beredar di masyarakat adalah pedagang pasar banyak yang positif Corona. Padahal reaktif dari rapid test itu belum tentu positif Corona. Pasar menjadi sepi, pedagang lain juga menjerit karena terus merugi.Â
Dan, yang saya tidak habis mengerti, kenapa Bapak tega mengumumkan nama-nama kami di media setelah kegiatan rapid test massal, tapi saat kami telah melewati dua kali uji swab dan hasilnya negatif, tak ada pengumuman apa-apa yang Bapak sampaikan ke media untuk memulihkan nama baik kami.Â
Jambi, 12 Juni 2020.
Elvidayanty Darkasih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H