Mohon tunggu...
Elvi Anita Afandi
Elvi Anita Afandi Mohon Tunggu... Lainnya - FAIRNESS LOVER

Maka berlomba-lombalah dalam kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Terlalu Sulitkah Menghargai "Pembantu" Rumah Tangga Kita?

5 September 2024   15:04 Diperbarui: 5 September 2024   16:46 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menghargai ART. Pembantu.com.

Sikap menghargai lainnya misalnya dengan tidak merendahkan, tidak menggunakan panggilan yang buruk dan tidak menghina saat berbicara dengan atau tentang mereka.

Begitu juga perhatian atau kepedulian terhadap kesehatan mereka dengan tidak memaksakan mereka bekerja meski sedang sakit atau merasa tidak enak badan.

Atau, menghormati privasi mereka, misalnya menyediakan tempat istirahat yang aman dan cukup nyaman, tidak semena-mena memasuki kamar atau melihat atau menggunakan barang-barang pribadi mereka tanpa izin. Itu semua merupakan bentuk penghargaan kepada manusia yang kebetulan ditakdirkan bekerja sebagai pembantu atau ART.

Terkait gaji. Memang tidak ada standar yang baku terkait gaji PRT. Maka memberi upah secara adil, setidaknya saling ridho bisa menjadi salah satu bentuk penghargaan. Pastikan mereka dibayar dengan layak sesuai dengan tugas yang mereka lakukan, bahkan lebih baik jika diberikan bonus saat mereka bekerja dengan baik.

Para ART adalah manusia yang tidak memiliki pilihan, segala dayanya sangat terbatas. Finansialnya, pendidikannya, keterampilannya, keahliannya, mungkin juga inteletualitasnya, dan terpenting kesempatannya... serba terbatas.

Ilustrasi lelah fisik dan mental. Sumber: Radar Bogor
Ilustrasi lelah fisik dan mental. Sumber: Radar Bogor

3. Mengapa Sulit Menghargai ART?

Kita melihat beberapa faktor umum di masyarakat, setidaknya begitu pendapat saya, yang menyebabkan lebih banyak  orang mengalami kesulitan menghargai "pembantu" rumah tangganya atau bahkan  tidak menghargai sama sekali secara berlebihan.

Dalam banyak budaya, PRT dianggap berada di lapisan sosial yang lebih rendah. Hierarki sosial ini menyebabkan adanya jarak sosial antara majikan dan pekerja, yang membuat penghargaan terhadap pekerjaan mereka menjadi kurang. Hubungan atas bawah meciptakan kesenjangan tersendiri.

Beberapa orang yang mempekerjakan ART, yang biasa disebut majikan, mungkin kurang bisa memahami atau merasakan kesulitan dan beban kerja yang dialami oleh PRT. Tidak ada empati. Pelimpahan pekerjaan rumah yang kadang tidak terbatas, ada saja yang musti diselesaikan, bahkan tidak mengenal Batasan waktu, berdampak pada mudahnya seorang majikan "menerbitkan" instruksi. Sehingga perintah-perintah itu terkesan menjadi lumrah, wajar dan biasa-biasa saja. Hal ini bisa juga disebabkan oleh perbedaan latar belakang atau kurangnya komunikasi yang efektif.

Terlebih budaya patriarki dalam masyarakat yang masih kuat, berimplikasi pada anggapan bahwa pekerjaan rumah tangga merupakan tugas yang "wajar" diemban oleh perempuan atau ART/PRT, sehingga sering diabaikan nilai dan pentingnya pekerjaan tersebut.

Ada juga faktor stereotip negatif yang mengaitkan pekerjaan PRT dengan kemalasan atau ketidakmampuan, yang membuat banyak orang kurang menghargai kontribusi mereka. ART dituntut sempurna. Sempurna itu sama dengan sesuai keinginan, kemauan dan selera majikan dalam melakukan segala pekerjaan rumah tangga dan lebih luas lagi segala perintah. Mengapa, karena sering juga apara ART dierkerjakan bukan sebatas urusanrumah tangga tapi juga hal-hal lainnya. Kesalahan kecil atau kelalaian sedikit saja, berpotensi terus dibahas dan dicitrakan buruk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun