Mohon tunggu...
Elvi Anita Afandi
Elvi Anita Afandi Mohon Tunggu... Lainnya - FAIRNESS LOVER

Maka berlomba-lombalah dalam kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Mengatasi Kesedihan dan Kerinduan Kala Anak Kita Merantau

12 Juli 2024   09:56 Diperbarui: 13 Juli 2024   06:57 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Juli 2022 lalu survei. Kini benar-benar manjadi santri Al Kahfi Lido. | Dokumentasi Pribadi

Dalam hidup, setiap orang berpotensi menghadapi berbagai momen yang penuh tantangan, salah satunya adalah saat harus merelakan anak-anak tercinta merantau untuk menuntut ilmu atau mulai bekerja di tempat yang jauh. Bagi orang tua, terutama seorang ibu, perasaan kehilangan dan kesepian sering kali tak terelakkan.

Saya mengalami hal tersebut sejak lama, dari sekitar 20 tahun lalu. Ada  perasaan sedih, seperti kehilangan, kosong saat anak-anak merantau ke tempat yang jauh, yang tak mudah kita menjangkaunya, karena jarak, waktu dan biaya yang tidak sedikit. Saya di Nusa Tenggara Timur si Sulung menuntut ilmu di Jawa Timur sejak lulus Sekolah Dasar.

Ada penyesalan juga, mengingat saya tidak selalu bersikap manis kepada anak-anak. Kadang emosi, kadang marah, kadang tidak melayani secara baik, kadang bergurau kelewatan hingga menyakiti hatinya dan melukai perasaannya. Yah, saya tidak sempurna, karena latar belakang lingkungan dahulu dan kurangnya pengetahuan tentang parenting atau pola asuh yang baik.

Saya dan suami hanya berpikir dan berupaya keras, bagaimana anak-anak mendapatkan pendidikan terbaik. Saat itu, sesuai kadar pengetahuan kami, Pondok Pesantren Darussalam Gontor di Mantingan Jawa Timur adalah pilihan yang terbaik bagi si Sulung puteri kami. Apapun rintangannya kami berupaya lawan. 

Kami menahan diri untuk membeli ini dan itu yang penting anak-anak mendapatkan pendidikan yang baik, dipupuk kemandiriannya, tahan menghadapi effort persaingan hidup dan memiliki prospek masa depan yang baik dengan bekal pemahaman agama yang memadai untuk jamannya. 

Kami harus menahan kangen jalan-jalan, bertandang ke handai taulan, makan bersama, beraktivitas bersama, semua untuk "kemapanannya" ke depan. Semoga kelak bisa membantu orang lain, setidaknya tidak merepotkan orang lain dari sisi materi maupun non materi.

Numpang foto di Abudabi, dalam perjalan ke Mesir akhir Desember 2021. | Dokumentasi Pribadi
Numpang foto di Abudabi, dalam perjalan ke Mesir akhir Desember 2021. | Dokumentasi Pribadi

Beberapa tahun berlalu, kami pindah ke Bogor. Dan pada akhirnya putera kedua, si Abang menuntut ilmu ke Solo, dua tahun kemudian melanjutkan studi ke Mesir.

Ada kesedihan yang dengan paksa harus ditepis karena jarang bisa kumpul bersama secara lengkap. Si Sulung merantau dari lulus SD hingga lulus kuliah, tak sempat benar-benar pulang agak lama. Setelah merantau karena pendidikan, lanjut merantau karena pekerjaan. 

Si Abang kini hampir tiga tahun di negeri orang. Sesaat lagi, si Bungsu yang sangat so sweet lusa juga pergi merantau, meniti dan menapaki proses pendidikannya. Bersyukur tidak terlalu jauh. Tapi tetap saja terpisah. Kami segera tinggal berdua, seperti dulu kala anak-anak belum lahir.

Tadinya aku berpikir, biarlah si Bungsu sekolah dekat-dekat rumah agar kami tetap ada yang menemani. Agar rumah tidak sepi. Agar aku tidak sedih, ada yang siap menemani, memijit-mijit punggungku, memeluk, menciumku, mencubit pipiku, menggarukkan punggungku, dan hal-hal manis lainnya. Karena begitulah hari-hari sikap si Bungsu. Tanpa diminta, dia yang menawarkan diri. Tapi itu adalah pikiran egois, aku terlalu memikirkan diri sendiri.

Seiring berjalannya waktu, dengan arahan dan tanpa paksaan, si Bungsu sudah memilih sekolah boarding di sebuah pesantren modern. Aku belum tahu bagaimana menempuh hari-hari benar-benar tanpa anak-anak, ketiganya merantau. Kesedihan melepas akan berulang.

Sangat manusiawi jika sesekali melo. Namun sebagai  Muslim, aku dan suami berupaya mencari penawar. Penawar kesedihan dan kerinduan karena hidup terpisah. 

Melalui artikel ini aku ingin berbagi tips, beberapa hal positif yang bisa dilakukan sebagai penawar, pelipur lara, sehingga kita dapat mengisi kekosongan hati dengan mendekatkan diri kepada Allah Swt. dan malakukan kegiatan yang bermanfaat lainnya, diantaranya:

1. Mengharap Ridha Allah

Kita tanamkan rasa bangga dan bersyukur atas keberanian anak-anak dalam mencari ilmu atau rezeki di tempat yang jauh. Dalam Islam, menuntut ilmu adalah kewajiban, dan rezeki adalah pemberian Allah yang akan semakin berkah jika ada upaya sungguh-sungguh untuk memperolehnya. 

Dengan mengharap ridha Allah Swt., merelakan anak-anak merantau, orang tua ikut mendukung mereka dalam menunaikan kewajiban dan mencari rezeki yang halal.

Imam Syafi'i, ulama besar itu mengatakan:

"Tiada kata santai bagi orang yang berakal dan beradab,

Maka tinggalkanlah kampung halaman dan merantaulah,

Bepergianlah, kau akan mendapat ganti orang yang kau tinggalkan,

Berusahalah, karena nikmatnya hidup ada dalam usaha,

Sungguh, aku melihat air yang tidak mengalir pasti kotor,

Air akan bersih jika mengalir, dan akan kotor jika menggenang,

Kalau tidak keluar dari sarangnya, singa tak akan mendapatkan mangsa,

Kalau tidak meleset dari busurnya, anak panah tak akan mengenai sasaran,

Timah akan seperti tanah, kalau berada di tempatnya,

Kayu cendana pun hanya akan seperti kayu bakar, bila menetap di tanah..."

2. Titipkan pada Allah dan Berdoa

Kita titipkan anak-anak itu kepada Allah Swt, Pemilik yang sesungguhnya, Penjaga dan Pelindung sejati, tanpa pamrih. Berdoa untuk keselamatan dan kesuksesan anak-anak adalah salah satu cara untuk merasa lebih tenang. Doa orang tua memiliki kekuatan yang luar biasa dalam ajaran Islam. 

Nabi Muhammad Saw. bersabda, "Tiga doa yang tidak akan ditolak: doa orang tua untuk anaknya, doa orang yang berpuasa, dan doa seorang musafir." (HR. Al-Bukhari).

Survei Ponpes Agustus 2022 silam. | Dokumentasi Pribadi
Survei Ponpes Agustus 2022 silam. | Dokumentasi Pribadi

3. Memilih Sabar

Islam mengajarkan bahwa kesabaran dalam menghadapi ujian dan cobaan akan mendapat pahala yang besar. Allah Swt berfirman, "Sesungguhnya orang-orang yang bersabar akan diberi pahala mereka tanpa batas." (QS. Az-Zumar: 10). 

Sabar adalah pilihan. Nilai kesabaran berdampak baik bagi psikis emosi dan fisik kita.

4. Peluang Lebih Dekat dengan Allah

Waktu yang biasanya dihabiskan bersama anak-anak bisa digunakan untuk meningkatkan ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah Swt., seperti memperbanyak shalat, membaca Al-Qur'an, dan melakukan aktivitas kebaikan lainnya.

5. Silaturahmi dan Memanfaatkan Teknologi

Meskipun anak-anak berada jauh, teknologi saat ini memungkinkan untuk tetap berkomunikasi secara rutin melalui video call, pesan singkat, dan media sosial. Menjaga agar kita tetap terhubung dengan anak-Anak. 

Mendengar kabar dari anak-anak bisa membantu mengurangi rasa rindu, meskipun boleh jadi ada juga anak-anak yang tidak selalu senang bila orang tuanya sering menghubungi. Ada baiknya kita mempertimbangkan saat yang tepat. Silaturahim dengan anak-anak harus tetap terjapelihara.

6. Aktivitas Sosial

Terlibat dalam aktivitas sosial atau sukarela dapat memberikan perasaan berharga dan berarti. Membantu orang lain bisa menjadi cara efektif untuk mengatasi kesepian, dan berdampak memberikan dukungan emosional pada diri sendiri. Anda bisa memulainya dengan bergabung dengan organisasi sosial atau keagamaan.

7. Mengembangkan Hobi 

Anda juga bisa menghabiskan waktu dengan aktivitas yang disukai atau mencoba hobi baru seperti berkebun, memasak, berolahraga atau kegiatan lain yang dapat membantu mengalihkan perhatian dari rasa sedih ataupun kangen.

8. Belajar Hal Baru

Bisa juga dengan mengikuti kursus atau pelatihan online untuk mempelajari keterampilan baru atau memperdalam pengetahuan dalam bidang tertentu bisa sangat membantu. Seperti mengikuti klub hobi (bersepeda, masak memasak, dan lain-lain) belajar memulai usaha, mengikuti komunitas religious seperti majelis taklim atau kajian keagamaan.

9. Menjaga Kesehatan

Sebagain orang juga melakukan praktik positif lainnya dengan yoga  atau berolahraga secara rutin dan menjaga pola makan yang sehat. Ini akan dapat meningkatkan mood dan bisa membantu menenangkan pikiran dan memberikan kedamaian batin.

10. Mengunjungi Teman dan Keluarga

Meluangkan waktu untuk mengunjungi teman dan keluarga dan menjalin  interaksi sosial dapat mengurangi rasa kesepian dan memberikan dukungan emosional.

11. Membaca Buku atau Menonton Film

Membaca buku atau menonton film yang inspiratif dan menghibur bisa menjadi cara efektif untuk mengalihkan pikiran dari kesedihan.

12. Menulis Artikel atau Jurnal

Menulis artikel dalam blog atau media sosial dapat memberikan manfaat bukan untuk diri sendiri saja tapi juga orang lain. Namun bila Anda merasa belum berani mencoba hal tersebut, Anda bisa menulis tentang perasaan Anda atau menyimpan jurnal untuk mengekspresikan emosi dan merefleksikan pengalaman Anda. Tentu saja yang bersifat positif, jangan sampai justru menjadi toxic yang membuat Anda terlilit kerinduan dan terus mengulang - ulang kesedihan.

Merasakan kesedihan saat anak-anak merantau adalah hal yang wajar dan manusiawi. Namun, Islam mengajarkan kita untuk selalu mencari jalan keluar yang positif dari setiap ujian yang diberikan. Semoga tips-tips dalam artikel ini dapat menjadi inspirasi bagi para orang tua mengatasi kesedihan dan kerinduan saat anak-anak merantau. Wallahu a'lam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun