Mohon tunggu...
Elvi Anita Afandi
Elvi Anita Afandi Mohon Tunggu... Lainnya - FAIRNESS LOVER

Maka berlomba-lombalah dalam kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menghadirkan "Tanah Suci" di Rumah: Oleh-oleh Haji sebagai Bentuk Kenangan dan Syukur

6 Juni 2024   10:34 Diperbarui: 10 Juni 2024   08:20 627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi oleh-oleh khas haji/umroh. Kolase dokpri

Oleh-oleh dianggap sebagai simbol berkah yang dibawa dari Tanah Suci. Oleh-oleh dari Tanah Suci biasanya memiliki nilai spiritual, seperti air zamzam, kurma, atau tasbih, yang dianggap membawa berkah.

4. Norma Sosial

Di banyak budaya, termasuk di Indonesia, ada ekspektasi sosial untuk membawa oleh-oleh setelah bepergian, terutama dari perjalanan yang penting seperti haji.

Ini bisa menjadi cara untuk menjaga hubungan baik dengan keluarga, teman, tetangga atau para handai taulan.

5. Ekspresi Tradisi dan Budaya

Di banyak komunitas, membawa oleh-oleh setelah bepergian, terutama dari tempat suci seperti Mekah dan Madinah, adalah tradisi yang telah lama dijalankan. Tradisi ini menjadi bagian dari kebiasaan sosial yang diharapkan dan dihargai.

Oleh-oleh juga bisa mencerminkan warisan budaya dan tradisi dari tempat yang dikunjungi. Ini membantu dalam memperkenalkan dan menyebarkan aspek-aspek budaya yang berbeda kepada orang-orang di tempat asal.

6. Penghargaan dan Doa

Oleh-oleh dari haji sering kali dianggap memiliki nilai spiritual dan penghargaan yang tinggi. Misalnya, air zamzam, kurma ajwa, dan tasbih dari Tanah Suci sering dianggap memiliki nilai spiritual yang khusus, bukan soal bendanya, namun filosofi dibalik benda tersebut.

7. Kewajiban Sosial dan Norma Komunitas 

Di banyak komunitas, membawa oleh-oleh setelah haji hampir menjadi semacam kewajiban sosial. Orang-orang banyak mengharapkan oleh-oleh, dan tidak membawanya bisa dianggap sebagai sesuatu yang tidak biasa atau bahkan menyalahkan kepantasan.

8. Simbol Status

Membawa oleh-oleh dari tempat jauh atau eksotis, seperti Mekah, Madinah atau Al Aqsha kadang-kadang juga bisa dianggap sebagai simbol status sosial, menunjukkan bahwa seseorang telah melakukan perjalanan yang signifikan.

Dalam banyak perspektif tersebut, tentulah yang terpenting adalah niat dan makna di balik pemberian oleh-oleh. Bukan semata-mata tentang nilai materi dari barang yang dibawa, tetapi tentang perhatian, niat baik, keingatan dan hubungan emosional yang tercipta melalui pemberian tersebut. 

Dan bagi jamaah yang baru pulang, oleh-oleh haji bukan sekedar barang oleh-oleh, bukan sekedar benda buah tangan kenangan dari tanah suci, tetapi ada "rasa" menghadirkan suasana Tanah Suci, Makkah dan Madinah dengan penuh kesyukuran di rumah, dengan harapan di rumah mereka yang mendapatkan oleh-oleh juga dapat menghidangkan "rasa" tanah suci, sehingga menginspirasi rasa keinginan untuk bisa berkunjung ke baitullah. 

Mabrurlah wahai para jamaah haji kita. Wallahu a'lam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun