Hadits ini mengandung pesan bahwa saling memberikan hadiah akan menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang di antara sesama. Dalam konteks perjalanan, memberikan oleh-oleh kepada keluarga atau teman bisa mempererat hubungan dan menambah rasa kasih sayang.
Maka secara umum dapat dikatakan bahwa memberikan oleh-oleh saat bepergian adalah bagian dari sunnah yang menunjukkan perhatian dan kasih sayang kita kepada orang lain, serta membantu mempererat hubungan sosial di dalam masyarakat.
Membawa oleh-oleh, terutama saat pulang dari perjalanan haji, adalah tradisi yang sangat penting dalam banyak budaya, terutama di Indonesia.Â
Ada hakikat dan alasan serta perspektif tertentu mengapa orang begitu bersemangat membawa oleh-oleh saat bepergian, terlebih ketika pergi haji, di antaranya:
1. Simbol Cinta dan Kasih Sayang
Oleh-oleh sering kali dianggap sebagai simbol perhatian dan kasih sayang dari seseorang yang telah bepergian.
Dengan membawa oleh-oleh, orang tersebut menunjukkan bahwa mereka mengingat bahkan memikirkan orang-orang yang mereka tinggalkan selama perjalanan mereka.
2. Pengalaman dan Kenang-kenanganÂ
Membawa pulang sesuatu dari perjalanan haji adalah cara untuk mengabadikan pengalaman spiritual tersebut.
Setiap oleh-oleh memiliki cerita dan kenangan tersendiri dari tempat yang dikunjungi yang dapat dibagikan kepada orang lain. Ini bisa berupa barang khas (boneka onta, gantungan kunci ka'bah, masjid Nabawi, tower zama-zam dan lain-lain), makanan (kurma, coklat, kacang arab, air zam-zam), atau benda yang hanya bisa didapatkan di tempat tersebut (buah dzuriyat dan lain-lain), sehingga menjadi pengingat akan pengalaman perjalanan tersebut.
3. Ungkapan SyukurÂ
Dalam konteks haji, sebagai salah satu rukun Islam yang sangat mulia, membawa oleh-oleh bisa menjadi bentuk ungkapan syukur atas kesempatan yang diberikan untuk menunaikan ibadah haji.Â
Jamaah merasa bersyukur dan ingin membagikan berkah yang mereka rasakan kepada keluarga, teman, dan tetangga.Â