Ada sebuah kisah, sebut saja Maya, si pekerja rumah tangga. Pagi buta ia harus terjaga dari tidur, disusul dengan daftar tugas yang tak pernah habis.
Maya mencuci, membersihkan, memasak, dan melakukan segala pekerjaan rumah tangga lainnya tanpa henti. Waktu istirahat menjadi barang mewah baginya, karena majikannya tidak pernah puas dengan hasil kerjanya.
Majikannya,memperlakukan Maya seperti mesin tanpa perasaan. Tidak ada rasa hormat, penghargaan, atau kebaikan yang ditunjukkan kepadanya. Maya hanya dianggap sebagai alat untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan majikannya.
Setiap hari, Maya merasa semakin terjepit dalam perasaan putus asa. Meskipun ia mencoba untuk bertahan, tetapi rasa lelah fisik dan mentalnya semakin memuncak.
Mimpi-mimpi dan harapan-harapannya untuk masa depan yang lebih baik terasa semakin jauh, seiring dengan bertambahnya waktu yang ia habiskan di dalam rumah itu.
Keterpurukan Maya semakin dalam ketika ia menyadari bahwa tidak ada yang peduli padanya di lingkungan tempat ia bekerja. Ia merasa sepi, terisolasi, dan terpinggirkan.
Setiap hari adalah pertarungan untuk bertahan hidup, tanpa ada cahaya di ujung terowongan yang mengarah kepada kebebasan dan martabat yang pantas baginya.
Demikianlah kisah Maya, seorang pembantu rumah tangga yang terperangkap dalam siklus kehidupan yang tak ada habisnya, diperlakukan bak mesin tak kenal lelah oleh majikannya.
Mungkin ada di antara kita yang tidak menyadari bahwa di rumah kita juga ada si ”Maya.” Sosok yang alih-alih mendapatkan simpati terlebih empati, yang terjadi justru dia tidak dihargai, tidak pernah dipikirkan apakah dia lelah, ingin istirahat, sesekali ingin libur dari rutinitas, sesekali duduk di kedai bakso bergurau dengan kawannya, sesekali jalan-jalan di alun-alun di kota tempat majikannya dan seterusnya.
Setiap ada pekerjaan rumah tangga, pikiran kita hanya ingat ”pembantu”. Bahkan rela membangunkannya dengan setengah berteriak memanggil namanya hanya sekedar menyuruhnya menyalakan lampu, mengambilkan gelas, kunci mobil dan lain-lain padahal dia baru merebahkan dirinya untuk istirahat.