Mohon tunggu...
Elvi Anita Afandi
Elvi Anita Afandi Mohon Tunggu... Lainnya - FAIRNESS LOVER

Maka berlomba-lombalah dalam kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Good Bye Universitas Indonesia

24 Agustus 2022   11:08 Diperbarui: 8 Mei 2023   05:16 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: wikipedia.org

GOOD BY UNIVERSITAS INDONESIA

Ijazahku mentok di SLTA. Kebutuhan mendapatkan pekerjaan sudah memuncak. Siang malam imajinasiku jalan di tempat: pekerjaan, pekerjaan, pekerjaan. Imajinasi yang perlahan tapi pasti  terus bergeser.

Aku tidak termasuk anak nakal. Terlalu narsis jika aku bilang anak sholeh. Tapi lumyanlah disebanding anak-anak seusiaku, setidaknya aku tidak meninggalkan sholat lima waktu, sholat dhuha dan meski tidak rutin aku juga tahajjud dan mengaji.

Semangatku selalu menggebu untuk mendapatkan kampus terbaik. Di antara kawan-kawan berada yang les ini dan les itu, aku memacu diri, mengerahkan segala daya: sebatas sungguh-sungguh di sekolah dan selebihnya autodidak. Memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dengan belajar dan berdoa. Kegiatan les itu seperti kebutuhan mewah. Keinginan menjadi seperti kawan-kawan yang berkecukupan sering datang menjadi iming-iming.  Betapa enaknya mereka, selalu bisa memilih.

Bersyukur, kendati lingkungan keluargaku bukan dari kalangan yang berpendidikan tinggi, rata-rata tamat SLTA atau sebatas Pesantren tradisional, mereka masih memotivasiku, setidaknya tidak mengusik keinginanku untuk dapat pendidikan lebih tinggi selepas SLTA nanti.

Hari itu adalah hari kebahagiaanku. Aku lulus di UI, konon Universitas paling mentereng di negeri ini.  Girangku bukan kepalang. Aku lulus 2020 di tengah pandemi Covid 19. Aku tahu keluargaku tidak gembira-gembira amat. Betapa tidak, biayanya pasti selangit untuk ukuran keluarga sesederhana ini.

Semakin hari, kegalauanku lebih besar dibanding kegembiraanku. Euphoria diterima di UI tertindis baban-beban yang harus ditunaikan. Kekhawatiran tidak bisa kuliah tanpa hambatan biaya terus berkecamuk. Hari-hari pikiranku terkuras, bagaimana membayar semesteran, membeli buku-buku dan terlebih bila pandemi covid 19 usai, bukankah semua akan normal. Semester awal ini aku masih bisa kuliah online. Makan minum ikut Emak tidak beli, tidak kost, tidak perlu transportasi.  Kuliah tatap muka mengharuskan ada ongkos ke kampus, bahkan mungkin harus kost, ada dapur baru yang harus mengebul. Allaaah.... Bagaimana ini???

 Belum genap setahun,   kekhawatiranku terjawab sudah. Keluarga besarku angkat tangan. Aku sendiri tidak menemukan jalan untuk bisa kuliah sambal kerja. Pupus... pupus... Tidak ada tempat untuk bisa mencari pilihan-pilihan. Kalian tidak bisa mendengar raungan hatiku yang begitu keras, memantul dari dinding ke dinding. Ratapanku dalam bisu. Tangisku dalam keheningan. Akupun mundur teratur. Dalam gundah mencoba mencari alternatif-alternatif lain, mencari penghasilan. Dalam penat hati, nafasku tertahan, lama...(Puncak, @elviaa -- 24082022, Buat tetanggaku, terus berjuang, Allah akan membantumu)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun