Image taken from : warihfirdausi.blogspot.com
Sebelumnya di Erlina #5
"Woiiiii, jelek banget sih mukamu, melongo kayak gitu. Hahahahahha. Â Kenapa sih, Non, liatin aku kayak liat hantu aja." Ucap Wilsa seraya mengusap - usap kepala Erlina.
" Wil, barusan aku liat kamu masuk toilet, Pria. Apa ga salah tuh?" tanya Erlina masih dengan wajah bingungnya.
"Well, look at me, dear? Liat dengan seksama. Apa pendapatmu?" tanya Wilsa sambil berputar di depan Erlina seolah ingin menunjukkan perubahan yang ada pada dirinya.
Berulang kali Erlina memandang Wilsa, dari ujung kepala sampai ujung kaki. Ada yang beda memang, batin Erlina. Tapi dia sulit untuk menggambarkannya. Hanya terbesit satu kata di benak Erlina. Tampan. Yahh..Wilsa keliatan tampan, layaknya pria sungguhan. Tidak tampak sedikitpun kalau Wilsa itu seorang perempuan. Orang lain pasti akan mengira kalau ia adalah seorang pria tulen, tanpa cacat.
"Hemm, sepertinya otakmu agak lemot neh, Er. Okelah, kita cabut dulu aja deh dari sini, ntar aku jelasin pelan - pelan."
Sepanjang perjalanan naik taksi menuju rumah kontrakan Wilsa, Erlina lebih banyak diam mendengar semua cerita Wilsa. Mulai dari dia terus terang tentang perasaanya ke Erlina, hingga keputusannya untuk operasi kelamin. Erlina tak mampu berucap sepatah katapun. Wilsa pun membiarkan Erlina diam dengan kebisuannya. Membiarkan otaknya mencerna secara perlahan cerita yang disampaikan Wilsa ke Erlina.
"Well, jadi, begitulah Er. Seperti yang pernah aku bilang ke kamu waktu itu, aku terjebak di raga seorang perempuan. Dan itu sangat menyiksaku. Butuh pemikiran lama memang aku memutuskan untuk operasi kelamin. Banyak resiko yang nantinya bakal aku hadapi. Cemooh dan cibiran dari orang salah satunya. Â Entah dengan cara apa aku nantinya akan menjelaskan ke keluargaku, tentang keadaanku sekarang. Keluargaku memang sangat demokratis, tapi aku tidak bisa menjamin tentang hal ini. Apakah mereka bisa menerima atau tidak. Dan sekarang, kamu bisa kok mencintai aku selayaknya seorang pria dan wanita. Hahahahahhaha " jelas Wilsa sambil mencubit pipi Erlina yang duduk di sebelahnya.