Di ruang kerjanya, Erlina terlihat lesu. Matanya melihat kea rah layar computer, namun pikirannya entah ke mana. Pak Amin pun juga belum kelihatan di ruangannya. Tidak seperti biasanya pak Amin jam 10 belum datang. Tiba - tiba bunyi telpon membuyarkan lamunan Erlina.
"Er, maaf, bapak ga ngasih tau kamu. Bapak juga dadakan ini. Ada masalah sedikit di kantor cabang kita yang ada di Surabaya. Dirut minta bapak untuk mewakilinya hadir, karena beliau juga ada pertemuan dengan investor di Singapura. Bapak minta kamu handle kantor dulu ya, selama bapak di Surabaya. Mudah - mudahan ga sampai 2 hari dah kelar. Oke, Er. Take care di sana ya. Nih, bapak dah mau boarding." Pak amin mengkahiri percakapan lewat teleponnya.
Kembali berkutat dengan layar computer, Erlina masih belum bisa fokus dengan kerjaannya. Berkali - kali dia melihat BBnya, berharap ada balasan BBM dari Wilsa.
"Tidak seperti biasanya, Wilsa tidak membalas bbmku seperti ini. Apa dia dah ga mau kontak sama aku lagi, karena pesan - pesan dia ga pernah aku balas?" gumam Erlina.
Tidak ada satupun kerjaan Erlina yang beres sampai jam makan siang itu. E rlina benar - benar tidak bisa konsentrasi dengan kerjaannya. Hanya Wilsa yang ada dalam pikirannya saat ini. Kekuatiran yang teramat sangat. Itulah yang dirasakan saat itu oleh Erlina. Ketika hendak beranjak keluar dari ruang kerjanya, tiba - tiba ada bunyi pesan di BBnya.
Hiiii Dear, finally. You have made me worry, dear. Sorry, ya baru bisa bales Er. Aku habis sakit Er. tapi gpp kok. Don't you worry. I'm oke right now. Apalagi setelah dapat bbm dari kamu, berasa langsung sehat aku. Hahahhahahaha. Well, kamu apa kabar di sana??? Sehat juga kan? Kirain kamu bakalan marah sampai kiamat, pesan - pesanku ga pernah dibalas. Hehehehehe, eh taunya, nona Erlina ngubungi juga. Pasti kangen kan kamu sama aku, hayooo ngakuuu.... Hahahahhha. Eh, thesisku dah hampir selesai. Kamu ke sini gih, main - main. Ambil cuti kek seminggu. Lagi musim  gugur  lho. Bagus banget dah. Kutunggu ya, dear.
Tersenyum penuh arti ketika Erlina baca bbm dari Wilsa. Rasa kuatirnya terkikis sudah. Lega yang dirasa Erlina sekarang, ketika tahu kabar wilsa baik -baik saja. Tawaran liburan Wilsa ke Jepang, membuat Erlina putar balik tidak  jadi keluar untuk makan siang. Tanpa pikir panjang, Erlina langsung mencari penerbangan ke Jepang untuk hari minggu. Cuti. Menenangkan pikiran sejenak, dan melepas kangen dengan sahabatnya, itulah yang saat ini ia butuhkan. Batin Erlina penuh semangat. Erlina akan memberitahukan rencana cutinya itu ke pak Amin, segera setelah pak Amin kembali dari Surabaya. Erlina tersenyum riang, begitu melihat hasil print out booking penerbangannya ke Jepang sudah ada dalam genggamannya.
Menunggu hari Minggu tiba, hal yang paling membuat Erlina tak sabar. Waktu berputar terasa lama bagi Erlina. Padahal hari Minggu tinggal dua hari, namun bagi Erlina serasa dua minggu.
***
Pengajuan cuti dan lain - lainnya sudah dipersiapkan dengan baik. Ijin cuti secara lisan sudah diutarakan Erlina ke pak Amin lewat telfon. Â Â Ingin menenangkan diri. Itulah alasan Erlina ke pak Amin. Dan pak amin pun, amat sangat mengerti dengan alasan yang disampaikan Erlina. Tanpa banyak komentar, pak Amin menyetujui cuti yang diajukan Erlina.
Sehari sebelum cuti, Erlina pulang larut malam. Hal ini karena, selain harus menyelesaikan beberapa pekerjaan sebelum kebernagkatannya, juga menghandle sedikit kerjaan Pak amin. Kepulangan Pak amin molor 3 hari dari jadwal sebelumnya. Hal ini berarti Erlina tidak bisa berpamitan langsung dengan bosnya itu. Untung, Cuti Erlina di acc walaupun lewat telfon.