Mohon tunggu...
Humaniora

Maafkan aku, Bumi Indonesiaku

30 September 2016   13:05 Diperbarui: 30 September 2016   13:16 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Semarang, 19 September 2016

Kepada Bumi Indonesia tercinta

Di tempat yang dilupakan

            Salam Rindu Bumi Indonesiaku,

Bagaimana kabarmu, Bumi Indonesia? Aku tahu, keadaanmu sedang memburuk. Aku tahu kamu sedang sakit parah sekarang. Bahkan bukan hanya aku yang tahu. Semua orang tahu keadaanmu. Kini kau hanya bisa bergantung pada Sang Penolong. Aku cukup prihatin dengan keadaanmu, Sobat.  

Kulihat tubuhmu kini penuh dengan luka. Dan kudengar kau sering menangis di tengah-tengah hujan sendurian tanpa ada yang poeduli untuk menolongmu. Bumi, kulihat dirimu berubah. Dulu kau selalu riang dan bersinar meski kau bukan matahari. Penuh dengan semangat kehidupan. Begitu cantik dan indah.Tubuhmu dulu begitu hijau dan biru bahkan bagiku kaulah yang paling istimewa dari kedelapan planet yang lain. Siapa yang tak mengenal kesempurnaan Bumi Indonesia? Sudah jelas semua orang tahu. 

Kau begitu populer di kalangan dunia. Dulu. Betapa kayanya alam Indonesia. Dulu. Bumi Indonesia sebagai paru-paru bumi dan penghasil Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah. Surga dari segala penjuru dunia. Tapi itu dulu. Kini, kehijauan dan kebiruanmu berubah menjadi abu-abu. Harimu selalu gelap dan penuh tangisan. Asap-asap beracun menutupi kecantikanmu. Kau tidak lagi menampakkan sinar kecantikanmu. Bahkan membunuh makhluk-makhluk yang tinggal di tempatmu. Kamu memberikan banyak virus penyakit pada mereka yang tinggal di tempatmu. Jujur, Aku rindu kamu yang dulu.

Tapi, aku tahu apa yang sedang kamu rasakan. Aku tahu itu semua menyakitkan. Sangat sakit. Dan aku juga tidak menyalahkanmu, Bumi. Justru dengan surat ini aku ingin meminta maaf padamu sebagai seorang manusia. Sebagai makhluk yang tak tahu diri. Sebagai manusia yang kini tak manusiawi. Engkau telah menyediakan segalanya untuk kami. Dari hal kecil sampai yang besar. Tapi apa yang manusia lakukan? Kami justru menyia-nyiakan apa yang kau berikan pada kami begitu saja. 

Kami egois, hanya memikirkan diri kami sendiri tanpa menyadari keadaanmu, kami mejadi pribadi yang manja dan tak bertanggung jawab pada ulah kami sendiri. Tapi begitu kamu berubah kami justru marah dan memohon-mohon padamu untuk menjadi seperti dulu. Bahkan kami tidak punya kesadaran untuk merubah sikap atau membantumu. Wajar jika kamu marah, Bumi. Wajar jika amarahmu berubah menjadi letusan gunung berapi dan gempa. Tak apa untuk menangis, Bumi. 

Meski tangisanmu membentuk banjir dan tsunami, kami pantas mendapatkan itu semua. Kami, warga Indonesia masih belum bisa membuatmu bangga. Kami sering membuang sampah ke sungaimu, memotong paru-parumu, meracuni tanahmu dengan berbagai bahan kimia, bahkan membunuh satu-sama lain demi hal-hal sepele.. Kamilah manusia yang tidak manusiawi.

Tapi, sekarang aku sudah sadar atas semua tindakan yang manusia lakukan. Sekali lagi kami minta maaf. Ya, minta maaf saja tak cukup untuk menebus segala kesalahan kami. Aku akan berubah. Aku berjanji akan membuat keadaanmu menjadi lebih baik paling tidak kembali menjadi bumi yang dulu, yanghijau dan penuh dengan semangat kehidupan. 

Aku ingin mengobatimu, Bumi. Mungkin usahaku yang hanya satu orang ini tidak akan cukup untuk mebuat perubahan besar. Tapi aku akan terus berusaha mengajak para manusia untuk bertobat dan melakukan perubahan. Bukan hanya kata-kata namun juga tindakan nyata. Kamu pasti masih marah dengan kami, Tapi kumohon, berikanlah kami, para manusia kesempatan kedua.

Jadi, Maukah kamu memaafkan kami, Bumi? Kamu pasti sulit menjawabnya. Tidak apa-apa. Kurasa cukup sekian surat permohonan maafku.

Salam hangat,

Orang yang telah menyakitimu,

Elvanda Jannice Puteri Wibisono

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun