Pernah berkunjung ke Borobudur? Atau belum pernah, tapi ada keinginan untuk berkunjung ke sana? Kalau Saya sih sangat ingin kapan-kapan bisa berkunjung ke Borobudur yang merupakan pusat musik dunia.
Kita semua tentunya tahu jika Borobudur adalah monumen sakral yang meruakan warisan dari leluhur yang berbentuk stupa. Pada candi Borobudur terdapat tiga tingkatan, diantaranya:
- Arupadhatu (merupakan tingkatan tinggi / religius)
Ada Tiga serambi berbentuk lingkaran mengarah ke kubah di bagian pusat atau stupa yang menggambarkan kebangkitan dari dunia. Pada bagian ini tidak ada ornamen maupun hiasan, yang berarti menggambarkan kemurnian tertinggi.
- Rupadhatu (merupakan tingkatan tengah / kehidupan),
Rapadhatu terdiri dari galeri ukiran relief batu serta patung buddha. Secara keseluruhan, ada 328 patung Buddha yang juga memiliki hiasan relief pada ukirannya.
- Kamadhatu (adalah tingkatan bawah/ hawa nafsu)
Kamadhatu terdiri dari 160 relief, dimana masing-masing relief menjelaskan Karmawibhangga Sutra, yaitu hukum sebab akibat. Hal ini menggambarkan tentang sifat dan nafsu manusia, seperti merampok, membunuh, penyiksaan, dan fitnah.
Terdapat total 2.672 panel relief yang terbagi menjadi 1.460 panel naratif dan 1.212 panel dekoratif di candi borobudur.
Kok bisa, Borobudur Pusat Musik Dunia?
Diantara kalian pastinya penasaran, mengapa Borobudur bisa menjadi pusat musik dunia. For your Information! Dikatakan jika Borobudur ditunjuk sebagai pusat musik dunia dan diakui menjadi situs warisan dunia oleh UNESCO pada tahun 1991, yang mana telah memiliki 1460 Relief dan 504 stupa, dan Borobudur pusat musik dunia ini merupakan langkah awal sosialisasi Sound of Borobudur, yang kemudian terbentuk Sound of Borobudur Movement yang menjadi sebuah upaya anak bangsa untuk dapat mengenali lebih dalam lagi tentang kebesaran peradaban masa lampau, Â tentunya dengan menggunakan budaya serta ilmu pengetahuan yang diinterpretasikan melalui seni sehingga menjadi gerakan kebangsaan yang ditujukan untuk mengembalikan jati diri manusia Indonesia yang sesungguhnya.
Perlu diketahui, jika Trie Utami seorang penggagas dari penemuan dan pembuat replika dari relief alat musik yang terpahat pada dinding candi Borobudur, yang menjadi upaya anak bangsa dalam membangun kepekaan terhadap pesan-pesan para leluhur melalui budaya sebuah peradaban di masa lampau. Nah, kepekaan inilah yang diharapkan dapat diasah ke diri anak muda, sehingga tercapailah visi dan misi sesuai dengan pesan leluhur yakni persaudaraan dan perdamaian dunia. Sehingga kemudian Sound of Borobudur menjadi Wonderful Indonesia.
Opini Mengenai Berdirinya Sound of Borobudur
Seperti yang kita ketahui, jika musik dapat menjadi pemersatu bangsa, baik di masa lampau maupun masa sekarang ini. Keduanya tentu saja tidak ada bedanya, namun semua tergantung kepada kita dalam menyikapi serta mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Nah, dengan berdirinya Sound of Borobudur ini diharapkan dapat memberi dampak positif bagi generasi muda yang merupakan generasi penerus bangsa dalam hal memajukan peradaban bangsa Indonesia. Selain itu, ada beberapa manfaat dari berdirinya Sound of Borobudur, diantaranya:
- Potensi ekonomi berantai, yang terjadi ketika Indonesia tidak hanya menjadi Pusat Musik Dunia, akan tetapi juga menjadi pusat Tradisi Dunia.
- Dapat menghadirkan kembali jiwa semangat dengan membagikan kekayaan musik lintas budaya ke tataran Asia Afrika
- Dapat mengaktualisasikan kembali kejayaan peradaban Asia pada masa lalu di masa kini dan masa depan melalui Asia Cultural Summit.
- Dapat merekatkan kembali persaudaraan lintas suku atau bangsa, untuk menemukan kembali jati diri sebuah bangsa yang kaya akan wawasan budaya dan bercita-rasa dunia melalui Indonesian Cultural Summit.
Nah, itulah beberapa informasi yang dapat Saya sampaikan, semoga bermanfaat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H