"Sahuuur ... sahur!" (Diteriakkan dengan berulang-ulang menggunakan alat seperti kentongan, ember dan kaleng bekas, dan lainnya.
Seperti itulah tradisi membangunkan untuk bersahur di tahun-tahun lalu (Ketika zaman sekolah) dimana beberapa orang warga baik bapak-bapak serta anak laki-laki dan remaja berkumpul pada satu titik dengan membawa peralatan masing-masing.
Saya ingat betul, waktu itu ketika duduk di bangku kelas 6 Sekolah Dasar, diajak teman buat ikutan berkeliling membangunkan sahur. Sebelum jam 3 pagi semua sudah berkumpul di pos ronda dengan peralatan masing-masing, ada yang membawa kaleng bekas cat, kentongan, bahkan kuali bolong milik ibunya .
Tepat jam 3 mulai berkeliling dengan teriakan khas "Sahuuur! Sahuuur! Pak, Bu, bangun sahur!"
Usai berkeliling, kami pun pulang sebentar untuk kembali berkumpul ke pos ronda dengan membawa bekal masing-masing. Bersahur dengan saling bertukar lauk-pauk, menyenangkan!.
Namun perlahan, tradisi itu mulai berubah, terlebih beberapa teman sudah memiliki HP (saat itu masih HP biasa yang hanya bisa dipakai untuk menelpon dan SMS), yang mana saling membangunkan sahur dengan miskol teman lainnya. Perlahan, tak ada lagi suara-suara yang membangunkan dengan perabotan-perabotan khasnya, karena berganti dengan imbauan melalui loudspeaker masjid.
Tradisi Sahur Dalam Keluarga
Jika tadi cerita tradisi sahur bersama teman-teman, kali ini Saya akan bercerita mengenai tradisi sahur dalam keluarga Saya.
Pada jam-jam 03.30 pagi, Ibu akan membangunkan kami untuk bersahur. Namun, tentu saja setelah menghangatkan lauk-pauk yang akan disantap saat itu. Saya pun membantu menyiapkan segala keperluan, seperti piring, gelas dan air minum yang kemudian dihidangkan ke atas tikar pandan yang telah dibentangkan.
Nah, bagaimana dengan tradisi sahur kalian? Adakah sesuatu yang berbeda? Yuk share di kolom komen!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H