Mohon tunggu...
Annisa Hadi El Ulya
Annisa Hadi El Ulya Mohon Tunggu... Lainnya - Mengikat ilmu dengan menulis, karena menulis membuatmu abadi

Ibu Rumahtangga adalah puncak dari segala karir

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Lidah dan Tangan Akan Dimintai Pertanggungjawaban

23 Oktober 2021   10:01 Diperbarui: 23 Oktober 2021   10:17 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri, ilustrasi bulan Purnama, Badru Alaina

Mudah, bagi kebanyakan orang berkata seolah tanpa jeda dan cela, namun berbeda bagi yang didasari ilmu agama yang kaffah, karena setiap yang didasari ilmu agama yang kaffah, sebelum berucap ia akan berfikir dahulu apa akibatnya.

Namun tak jarang pula insan bertopeng ilmu agama, sedikit berkata, namun sekali saja ia berkata, maka seolah belati tajam menusuk hati pendengarnya. 

Remeh, kebanyakan menganggap itu remeh, tapi, sudah terlalu banyak kejadian buruk terjadi, hanya karena seseorang tersinggung dengan apa yang kita ucapkan, maka disitulah setiap orang hendaknya merenungkan kembali apa akibat dari sesuatu yang akan kita katakan, kalau istilah orang Jawa adalah "tepo sliro", tepo sliro lebih berarti bahwa menempatkan posisi seandainya kita berada pada posisi yang disakiti, bagaimana perasaan yang akan kita alami, jika kita menempatkan posisi seperti itu,  maka begitulah orang lain jika kita mengucapkan suatu kata yang sama terhadap orang lain di sektiar kita.

Namun, dewasa ini, istilah "tepo sliro"dalam prakteknya telah dilupakan bagi kebanyakan orang, sifat orang yang semakin individualistik, merasa lebih dari yang lain, serta semena-mena terhadap kekuasaan yang dipegangnya, banyak membuat orang lupa akan amanah apa yang sedang dipegangnya, yakni amanah "setiap orang adalah pemimpin dan setiap mereka akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya".

Ketika kita telaah lagi makna yang lebih dalam, mulai dari diri kita sendiri, bahwa setiap anggota tubuh kita adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggungjawaban, dimana suatu saat mata kita akan dimintai pertanggungjawaban atas apa saja yang dilihatnya, kaki kita akan dimintai pertanggungjawaban kemana saja ia melangkah, tangan kita pun akan dimintai pertanggungjawaban digunakan untuk apa saja. Karena nanti lidah dan tangan kita pasti akan diminta pertanggungjawaban atas apa yang dilakukan saat diberi amanah itu.

Kehati-hatian dalam bertindak dan bertutur kata, terkadang sudah dilakukan, karena takut menyakiti orang lain, namun terkadang kehati-hatian kita, juga bisa saja dinilai kurang baik bagi orang lain. 

Begitulah, ketika kita berusaha menyampaikan sebuah kebenaran, akan ada banyak respon dari berbagai pihak, hemat saya, ketika yang kita lakukan tidak melanggar hukum apapun, kita bebas melangkah, demi kebaikan. Karena bagaimanapun kita, kita tidak akan bisa membendung komentar dan tanggapan orang lain terhadap kita. Apalagi sekarang di era yang serba digital, tentunya berbagai respon orang lain  tentang kita, akan sangat mudah diakses, sehingga, kita harus mengantisipasi jika terjadi suatu yang kurang tepat.

hal- hal yang harus kita lakukan ketika berhubungan dengan orang lain diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Mempunyai rasa "tepo sliro". Sederhananya, jika kita sakit diperlakukan tidak biasa, maka jangan perlakukan orang yang sama seperti kita.

2. Hati - hati dalam berucap, apalagi di zaman serba digital ini, tidak jarang orang tersinggung, bahkan melakukan sesuatu yang dapat mengancam diri sendiri dan orang lain. Karena bahkan ketika ita sudah berhati - hati, namun masih saja ada orang lain yang tersinggung dengan ucapan atau perbuatan kita.

3. Apa yang kita ucapkan adalah apa yang ada di fikiran kita, karena itu, berfikir lah positif agar kata maupun tingkah yang keluar dari diri kita adalah juga hal yang positif.

4. Etika berkomunikasi melalui aplikasi misalkan WhatsApp atau media elektronik yang lain, tidak banyak yang tau memang isi detail  dari status seseorang, namun tak jarang pula ternyata dibalik keisengan kita buat stori , menimbulkan sesuatu yang tidak kita inginkan, saling menghormati maka akan tercipta kedamaian di tiap lingkungan .

Jika ingin membangun bangsa, bangunlah masyarakatnya, jika ingin membangun masyarakat, bangunkan keluarganya, jika ingin membangun keluarga, bangunlah manusianya, dan jika  ingin membangun manusia, bangunlah hatinya. Inti dari semua hal yang penulis tulis diatas adalah, sebagian uraian saja, bahwa langkah apapun yang kita ambil pasti akan dimintai pertanggungjawaban oleh Sang Maha Pemberi keadilan.

Tangan kita pula suatu saat nanti akan dimintai pertanggungjawaban, di era serba digital ini, hampir semua orang tak luput dari gadget, jari - jari mengetik begitu ringan, mengetik stori, mengetik keluh kesah, mengetik umpatan dan cacian, mengetik amarah, menjelekkan orang lain, mengumbar aib rumah tangga, mengumbar aib tetangga, percayalah, jika jemari kita nanti akan dimintai pertanggungjawaban, jangan mudah mengetik apa yang tidak kita lakukan, bukan demi orang lain saja, tapi lebih pada menjaga diri kita sendiri, mengontrol perilaku, emosi dan etika kita, dan itulah etika berkomunikasi yang didasari dengan nilai agama yang luar biasa, mari kita gunakan era digital ini untuk menebar informasi yang benar, menebar sesuatu yang bisa bermanfaat untuk orang lain, menebar kebaikan, agar menjadi pahala yang terus mengalir dan buka menjadi dosa yang juga terus mengalir, karena ketika anak Adam meninggal maka terputuslah semua amalnya kecuali 3 perkara hanya tiga perkara, yang pertama, sedekah jariyah, yang kedua ilmu yang bermanfaat serta yang ketiga anak sholih ( sholihah ) yang mendoakan kedua orang tuanya ( H.R. Muslim ).

Semoga kita semua terselamatkan dari itu semua karena kita bisa mengendalikan lidah dan tangan kita untuk berusaha tidak menyakiti hati orang lain.

#Peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun