Suara jangkrik di sore hari mulai ramai. Indo' Sapu' tampak menyusuri pinggiran aliran Sungai Sa'dan yang berada tepat di seberang rumahnya. Di tangan kanannya tampak ia membawa membawa sesuatu. Matanya sembab, wajahnya merah kecoklatan dan sesekali mengoceh tanpa kejelasan.
Ia berjalan setengah berlari seakan memburu waktu. Nampak kekosongan dalam tatapannya seakan berjalan tanpa tujuan.
Siang tadi memang terjadi pertengkaran hebat di rumah panggung berdinding bambu, yang berdiri di atas sepetak lahan seluas 100 meter persegi, bekas sawah yang sudah tidak digarap. Ambe' Sapu' menampar istrinya hingga terpental ke dinding.
"Mengapa kamu tega menggadaikan peliharaan kita demi judi?" Indo' Sapu' marah. Babi yang mereka punya sisa 2 ekor dan tanpa seizin Indo' Sapu' baru saja dijadikan jaminan oleh suaminya untuk ikut judi sabung ayam.
Judi sabung ayam marak terjadi. Setiap hari Minggu siang sampai sore arena judi yang terletak di sebelah utara kantor lembang ramai dikunjungi para penjudi. Beberapa kali telah terjadi penggerebekan namun hasilnya selalu nihil, itupun dilakukan jika ada laporan dari masyarakat. Penggerebekan terakhir sekitar sebulan yang lalu hanya menemukan 2 ekor ayam jantan di lokasi dan beberapa pasang sandal yang ditinggal pemiliknya. Menurut kabar yang beredar, ada oknum petugas polisi yang menjadi backing di balik lancarnya praktek perjudian itu. Informasi rencana partroli polisi selalu bocor ke telinga pemain judi.
Di sisi lain, Indo' Sapu' harus menafkai empat orang anaknya. Beruntung Sapu', anak pertama telah bekerja sebagai kuli angkut di sebuah toko bangunan di Rantepao. Dengan gaji tiga ratus ribu setiap pekan, Sapu' menopang keluarganya termasuk membiayai Tolleng yang duduk di bangku SD kelas 3. Sementara Nita dan Sulu' masih balita.
"Ada mayat di dekat sungai!"
Seorang warga yang menemukan mayat datang membawa kabar ke rumah Ambe' Simin, Kepala Dusun setempat. Pagi itu ia hendak membawa kerbaunya ke sawah.
"Mayat siapa?", tanya Ambe' Simin.
"Belum tahu, aku hanya melihatnya sepintas. Sepertinya perempuan, berbaju kuning."
Warga berdatangan, mereka menuju ke lokasi. Mayat Indo' Sapu' ditemukan menggantung di pohon ketapang dengan tali kerbau berwarna biru.Â