"Saat malam datang, Cornelia tidak bisa tidur. Ia kesulitan bernafas dan terus menangis. Papa dan mama mencoba menenangkan, namun tidak sepenuhnya berhasil", lanjut Abraham sambil mengambil nafas yang dalam.
"Aku tidak menyangka, Cornelia pergi begitu cepat. Dia hanya bertahan dua hari dalam kondisi sakitnya dan akhirnya meninggal. Lebih sedihnya lagi, Lieuwe yang beda setahun denganku lima hari kemudian pergi menyusul Cornelia. Mereka dimakamkan di tempat Tuan Anton juga dimakamkan".
Saat itu memang terdengar kabar, dua anak Pak Johanes, seorang guru dari Belanda meninggal dunia. Mereka datang sekeluarga sekitar dua tahun sebelumnya. Pak Johanes, ayah Abraham ditugaskan oleh GZB datang ke Toraja membantu tugas-tugas yang dikerjakan oleh Tuan Anton yang telah lebih dahulu diutus ke sini.Â
Tuan Anton ditusakan datang mengajar dan memberitakan kabar kekristenan. Aku belum cukup mengenal ayahnya, hanya saja aku sudah cukup akrab dengan anaknya, Abraham dan Lieuwe---adik Abraham. Umur kami terpaut setahun, aku lebih tua. Aku semula berkenalan dengan keluarga mereka lewat bantuan istri Tuan Anton, Alida Petronella van de Loosdrecht-Sizoo.
Sebenarnya bukan hanya Cornelia dan Lieuwe yang mengalaminya, rupanya di kampung sebelah banyak juga orang yang tiba-tiba saja terserang penyakit dengan gejala yang hampir sama dan meninggal dunia.Â
Sehingga banyak orang yang dimakamkan tidak melalui proses upacara yang rumit sebagaimana yang berlaku di daerah kami.
Ayahku mengatakan itu mungkin penyakit yang muncul akibat dari terbunuhnya Tuan Anton di daerah Bori' setahun sebelumnya. Ia bekeja di rumah salah seorang bangsawan.Â
Ia merupakan satu dari beberapa orang yang membantu mengangkat barang-barang Tuan Anton saat baru tiba di Toraja lewat Palopo.
Namun, beberapa orang mengatakan bahwa kematian yang terjadi tiada henti ini tidak ada kaitan dengan pembunuhan Tuan Anton, buktinya yang meninggal bukan hanya penduduk setempat. Beberapa orang malah menganggap ini sebagai hukuman atas perubahan aluk dengan masuknya ajaran baru, ajaran Kristen di wilayah Toraja.
Mereka tinggal di Barana' lokasi tempat ayahnya mendirikan sekolah. Meskipun rumah itu cukup banyak yang berubah saat aku berkunjung, aku masih bisa merasakan masa kecil di sana bersama Abraham dan adik-adiknya.
Toraja, 30 Mei 1968