Selanjutnya, satu hal yang cukup juga disorot dan sempat menjadi bahan bullyan para netizen dengan nada candaan saat Rara sang pawang hujan justru melakukan ritual di tengah kondisi hujan. "Pawang hujan kehujanan," begitu kita-kira orang menuliskan dan memperbincangkannya. Namun, menurutnya bahwa hujan yang datang di saat itu bukan tanda kegagalan melainkan justru sengaja dihadirkan untuk mendinginkan aspal dan termasuk untuk membuat suhu di lokasi menjadi lebih sejuk.Â
Memang, jika kita mencoba melihat kondisi sebelumnya di mana Race Direction akhirnya memutuskan untuk memotong jumlah lap Moto2 yang harusnya 24 lap menjadi sisa 16 lap dan MotoGP sisa 20 lap dari 27 lap. Keputusan ini diambil karena aspal dalam kondisi yang sangat panas.Â
Selain karena karakter aspal juga karena cuaca di wilayah tersebut. Kabarnya aspal saat itu mencapai lebih dari 45 derajat Celcius, bahkan sampai 67 derajat Celcius. Suhu yang jelas sangat panas.
Rara bekerja atas permintaan dari pihak yang menggunakan jasanya. Ia mengatakan bahwa tugasnya adalah mendoakan. Ia juga mengaku "bekerja sama" dengan pihak BMKG, meskipun secara tidak resmi. Ia tidak mengatakan bahwa dialah yang berdaulat mendatangkan ataupun mengusir hujan. Melainkan ia mengakui bahwa Tuhan Yang Maha Esa, Allah yang satu itulah yang berdaulat atasnya. Ia hanyalah orang mendapat "kesaktian" sebagai alat untuk dipakai membantu orang lain.
Elia dan Kemarau Panjang di Kerajaan Israel
Saya mencoba menengok kembali satu kisah sangat jauh ke belakang, sekitar abad ke-9 SM. Seorang tokoh dalam Alkitab bernama Elia. Namanya juga tercantum dalam Alquran sebagai Ilyas dan Elia dalam Tanakh, kitab suci Ibrani. Elia adalah seorang nabi dari Kerajaan Israel Utara.Â
Menurut catatan, ia adalah orang Tisbe, dari Tisbe-Gilead. Gilead merupakan salah satu dari enam daerah Transyordan, terletak di sebelah selatan Sungai Yarmuk---anak sungai terbesar dari Sungai Yordan yang mengalir di Yordania, Suriah, dan Israel. Gilead juga adalah tempat Yakub bergumul dengan malaikat, serta berdamai dengan Esau, saudaranya.
Elia mengatakan: "Demi Tuhan yang hidup, Allah Israel, yang kulayani, sesungguhnya tidak akan ada embun atau hujan pada tahun-tahun ini, kecuali kalau kukatakan." Dan benar saja, hujan tidak pernah turun selama 3,5 tahun.Â
Selanjutnya di kemudian hari, dari lokasi persembunyiannya Elia kemudian diperintahkan Allah untuk menyampaikan pesan kepada Raja Ahab sekaligus untuk menunjukkan keMahakuasaan-Nya dengan cara mendatangkan hujan. Dalam waktu sekejap langit menjadi mendung, angin kencang bertiup dan hujan lebat pun mulai turun.
Mungkin saja ada yang kemudian mengatakan tidaklah tepat membandingkan aksi Rara sang pawang dengan Elia sang Nabi. Bahkan bisa saja menganggap pandangan saya melenceng.Â
Saya tidak mengatakan bahwa mereka sama, melainkan hanya memberi pesan bahwa hal sejenis pun telah ada sejak dahulu dan sekaligus menyatakan bahwa sesungguhnya ada Sosok yang jauh lebih berkuasa di atas segalanya, yaitu Allah Yang Maha Kuasa. Saya pun percaya bahwa karya Allah yang seperti itu tetap ada hingga hari ini. Kuasa-Nya tidak terbatas pada kisah-kisah yang lampau saja melainkan tetap berlangsung sampai saat ini bahkan selamanya.