Dunia Belajar Mengajar sangat berhubungan dengan Evaluasi Pembelajaran, karena Evaluasi pembelajaran sangat penting sekali untuk tenaga pendidik yang sudah berpengalaman mau pun calon pendidik.Â
Selain berguna untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, Evaluasi Pembelajaran juga bisa membuat Tenaga pendidik lebih berpikir secara berkembang dan menumbuhkan inovasi -- inovasi untuk memperbaharui mutu kerja tenaga pendidik tersebut. Dalam evaluasi pembelajaran, tenaga pendidik perlu mengetahui apa saja prinsip atau pedoman evaluasi itu sendiri.Â
Bila tidak, mungkin bisa saja tenaga pendidik tersebut tidak dapat merancang evaluasi pembelajaran dengan benar. Lalu tenaga pendidik juga perlu mengetahui bentuk -- bentuk tes yang ada pada evaluasi pembelajaran. Gunanya untuk apa? gunanya tidak lain untuk mengetahui cocok atau tidak kah bentuk tes evaluasi yang tenaga pendidik buat dengan tujuan evaluasi pembelajaran tersebut.
Prinsip dasar evaluasi menurut Arifin (2013:31) terbagi menjadi 5, yaitu yang pertama Kontinuitas. Maksud dari kontinuitas disini adalah hasil evaluasi pembelajaran yang telah di buat harus saling berhubungan dengan hasil evalusi sebelum -- sebelumnya. Gunanya untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai perkembangan pembelajaran peserta didik.Â
Prinsip yang kedua yaitu Komprehensif, maksudnya adalah evaluasi harus di lakukan secara menyeluruh dan mencakup seluruh aspek yang menjadi objek evaluasi. Ketiga yaitu Adil dan Objektif, maksudnya adalah evaluasi di lakukan secara adil berdasarkan fakta dan data lapangan. Bukan hasil manipulasi dan hasil menurut perasaan hati. Prinsip selanjutnya yaitu Praktis, dari namanya saja sudah terbayang maksud praktis disini. Maksudnya adalah memudahkan semua pihak, baik bagi pengevaluasi mau pun objek evaluasi.Â
Prinsip yang terakhir adalah Kooperatif, maksudnya adalah pengevaluasi atau pendidik bekerja sama dengan semau pihak yang melakukan kegiatan evaluasi misalnya sesama guru, kepala sekolah dan peserta didik itu sendiri.
Yang pertama tes lisan, memiliki prinsip dengan mengajukan pertanyaan, memberi waktu untuk berfikir untuk menjawab dan bisa juga langsung menunjuk peserta untuk menjawab pertanyaan. Tes ini sangat mudah di lakukan, tenaga pendidik hanya mempersiapkan pertanyaan yang ingin di berikan kepada siswa.Â
Namun ternyata tes yang sangat mudah ini memiliki kekurangan, yaitu tingkat berfikir cenderung rendah karena bisa saja siswa terlalu gugup untuk menjawab karena di tunjuk secara spontan oleh guru dan siswa hanya bisa berfikir semampunya, bisa saja siswa tersebut tidak dapat menjawabnya karena terlalu gugup. Bentuk tes yang kedua yaitu Tes Benar Salah.Â
Dari namanya saja kita sudah tergambar bagaimana tes ini di lakukan, Siswa hanya perlu menjawab dengan benar sesuai dengan apa yang telah di pelajari. Dalam tes Benar Salah memiliki kaidah penulisan soal tes yang efektif menurut Sudjana (2006) yaitu yang pertama hindari pertanyaan yang mengandung kata kadang -- kadang, selalu, umumnya, sering sekali, tidak ada, tidak pernah dan sejenisnya.Â
Yang kedua yaitu hindari kalimat langsung pengambilan dari buku pelajaaran. Ketiga yaitu hindari pertanyaan yang merupakan suatu pendapat yang masih di perdebatkan kebenaranya. Selanjutnya hindari penggunaan pertanyaan negatif ganda, usahakan kalimat tidak terlalu panjang pada soal. Yang terakhir yaitu susun pertanyaan benar salah secara acak.