Mohon tunggu...
Nurlela Lumbantoruan
Nurlela Lumbantoruan Mohon Tunggu... -

ada banyak keajaiban-keajaiban kecil di sekitar kita.. yang tidak kita sadari..^0^

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Sebuah Pertemuan & Tak Berani Bilang Rindu

4 Maret 2017   10:00 Diperbarui: 4 Maret 2017   10:35 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sore ini aku kembali menyempatkan menulis tentang mu. ada banyak hal yang ingin kubagi, tapi entah pada siapa aku bercerita, aku tak bisa selalu bercerita dengan mu. walaupun aku sangat menginginkanyaa. akhirnya tertuang lah semua disini segala rasa dan asa yang kupunya

Hai Tuan... aku sangat menikmati pertemuan singkat kita waktu itu. aku sangat bahagia dengan percakapan kecil di antara kita. itu adalah moment yang sangat langka setelah lebih dari 3 tahun tak bertemu. pertama kali melihatmu di malam itu darahku berdesir. "ohh Tuhan, ternyataa dia datang" kupandangi wajahmu dari jarak 3 meter tanpa berani beradu dengan tatapan mata mu. aku tak memiliki sedikit pun keberanian menatap bola mata mu yang menyorot tajam.

Malam itu berlalu hanya sekedar menatap, lalu pulang tanpa berani bertutur sapa. sebelum tidur  aku sangat menyesali kebodohanku, mengapa aku tidak menunggumu malah buru-buru kabur sebelum kau datang menghampiriku. selanjutnya aku berdoa sebelum pulang aku ingin kembali merasakan gemgaman  tangan mu.

Pertemuan kedua; kita tidak terlalu buruk, walaupun di hari itu aku melakukan kebodohan yang luar biasa dan kau ikut tertawa di antara ratusan orang yang menyaksikannya. kali ini aku tidak ingin terburu-terburu tapi kau tak kunjung muncul disaat genting itulah seseorang menyapaku dan kau datang juga akhirnya. aku bingung mengawali percakapan waktu itu. untung saja kau tidak sekaku dulu yang ku kenal. 

Senyumanmu yang hangat sambil meraih tangan ku kau menggemgam tanganku untuk waktu yang tidak kurang dari 2 menit tahu kah kau??? rasanya aku... sangat... ahh, aku tak tahu mendeskripsikan perasaan yang kurasa saat itu. bahagia sekali pastinya. lalu berlanjut dengan percakapan kecil aku tahu kau ingin bercakap lebih lama aku juga!. Banyak hal yang selama ini kusimpan ingin kutanyakan pada mu Tuan. tapi aku tak punya keberanian untuk itu. bahkan aku sangat grogi ketika akhirnya bisa berdiri di depan mu dengan jarak yang begitu dekat. aku kembali menyesali kebodohanku waktu itu dengan memilih terburu-buru pulang. aku tak menduga percakpan 10 menit waktu itu akan menjadi percakapan terlama kita.

Pertemuan ketiga; tak banyak yang kita bicarakan. sungguh tak kuduga ternyata kau adalah "bintangnya" dalam pertunjukan malam itu. di bawah cahaya lampu lilin yang temaram (karena memang sedang mati lampu) aku sibuk mencari-cari wajahmu tak kutemukan. hingga akhirnya kau mengejutkan ku dan nyaris berteriak. kau ada persis di belakangku waktu itu. "kau tidak ikut menyanyi?" tanya mu dengan tatapan matamu yang terus menatapku. kau mengingatkanku tentang hobi naik panggung sewaktu kecil dan yang aku tahu kau adalah anak pendiam yang tidak mau ikut setiap ada pertunjukan. dunia kita berubah, sekarang akulah pendiam yang sudah tidak pernah tampil di depan umum. sementara kau? show up dimana-mana.

 "nanti aku nyanyi solo" jawabku bercanda. lalu kau tertawa geli. Tawa yang terekam dengan apik di memoriku.

pria yang selalu kujaga tawanya yang selalu ingin kuabadikan senyumnya.

walau sebenarnya aku ingin sekali menjawab "bagaimana kalau kita duet??". yang pasti tidak ku katakan. malam itu aku harus pulang duluan karena sudah terlalu larut sementara acara yang belum kunjung selesai. tapi aku sungguh bahagia karena akhirnya aku bisa menyaksikan penampilanmu, mendengarkan suaramu di iringi petikan gitarmu. bagiku kau semakin mempesona naik hingga level tertinggi. sebelum tidur aku sangat menyesali kenapa tak kuambil fotomu ketika kau menyanyi?? ahh... sudahlah aku memang terlampau bodoh.

Pertemuan keempat; waktu itu, kita bertemu secara tak sengaja saling bersalaman lalu menanyakan hal yang tak kuduga "kapan kembali ke kotamu??" apakah kau berat berpisah dengan ku? ahh, tidak mungkin, mungkin kah engaku merindukan aku juga? atau kau masih ingin bersamaku? entahlahh.... pertanyaan itu hanya aku dan Tuhan yang tahu.

Sebelum akhirnya aku kembali ke kota ku, melanjutkan mimpi-mimpi ku. ternyata malam itu adalah pertemuan terahir kita, jika aku memberitahumu dengan pasti apakah engkau akan datang mengantarkan ku di terminal bus yang akan ku tumpangi?. salah ku juga aku tidak memberitahumu kalau aku akan pulang scepat itu karena aku tak yakin dengan apa yang kau rasakan...

Tuan.... aku menulis ini bersama rasa sakit yang benar-benar kamu pahami. entah karena engkau terlalu bodoh untuk menilai entah terlalu egois untuk memaklumi. aku mencoba bertahan. mempertahankan apa yang seharusnya kulepaskan.....

Aku tak berani bilang rindu padamu karena aku sendiri tak berani buktikan perasaan ku.

Untuk Mu Tuan IM, adakah rindu itu???

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun