Setiap siswa diberikan kesempatan untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman mereka tentang tradisi ini, yang mungkin mereka dapatkan dari keluarga atau masyarakat sekitar. Guru berperan sebagai fasilitator, mendengarkan dengan penuh perhatian dan memberikan dorongan kepada siswa untuk berpartisipasi aktif. Pendekatan ini mencerminkan prinsip Ing Ngarso Sung Tulodho, di mana guru memberikan contoh dengan mendengarkan dan menghargai pendapat siswa, serta Ing Madya Mangun Karso, di mana guru memberikan motivasi dan dukungan di tengah proses pembelajaran.
Selanjutnya, siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil untuk melakukan proyek kolaboratif yang berfokus pada pembuatan representasi seni atau cerita tentang tradisi lokal. Misalnya, mereka bisa membuat tarian atau drama singkat yang menggambarkan Budaya Masuk Minta atau "Keda Rugha manuk"
Proses pembelajaran ini ditutup dengan presentasi hasil kerja kelompok di depan kelas atau bahkan di depan komunitas sekolah, di mana siswa bisa menunjukkan hasil karya mereka dan menerima umpan balik dari teman-teman dan guru.Â
Suasana kelas yang mencerminkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara ini tidak hanya mengembangkan pengetahuan dan keterampilan akademis siswa, tetapi juga mengajarkan mereka nilai-nilai penting seperti kerjasama, penghargaan terhadap budaya lokal, dan kemampuan untuk berpikir kritis dan kreatif.Â
Dengan demikian, pembelajaran di SMPK Rosa Mistika Waerana menjadi lebih bermakna dan relevan bagi siswa, serta mendukung perkembangan mereka menjadi individu yang berkarakter dan berdaya saing.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI