Terima kasih sudah berkunjung (dan menambah pageviews laman saya). Artikel ini bukan artikel resep. Jadi untuk yang berniat membaca resep kue Nastar, mohon maaf, Anda salah alamat. Tapi mungkin saja artikel ini akan memberitahu sesuatu yang belum diketahui oleh Pembaca, mungkin saja...
***
Tak terasa kita sudah masuk ke penghujung Ramadan. Beberapa keluarga sudah menyiapkan hal-hal untuk menyambut lebaran Idul Fitri, salah satunya adalah dengan membuat kue lebaran. Beberapa ada yang tinggal membeli saja, jadi tidak termasuk golongan pembuat kue. Beberapa berperan sebagai penjual, dan barangkali sudah sejak jauh hari berkutat dengan adonan. Beberapa sudah dapat kiriman dari para kenalan atau fans (Entah itu masih sisa banyak setelah direview).
Dulu, saya sering membantu usaha tante membuat  kue. Kue yang sering saya bantu membuatnya adalah kue nastar, karena ini yang paling banyak dipesan dan merupakan kue yang butuh tenaga lebih dalam pembuatannya dibanding kue lain yang dijual tante. Saya bertugas mencetak kue. Karena bukan saya yang membuat adonan (dan terus terang saja sampai saat artikel ini dibuat, saya sendiri belum pernah membuat adonan nastar), jadi begitulah kenapa saya tidak menjadikan artikel ini sebagai artikel resep. Namun, artikel ini akan berisi perbandingan saya terhadap jenis kue nastar yang pernah saya cetak, yaitu: Nastar Gulung dan Nastar Bulat. Saya akan coba membedakan dari cara mencetaknya.
Nastar Gulung
Nastar Gulung
- Cetak adonan dengan cetakan yang ada. Cetakan ini berfungsi memberikan garis-garis alur pada adonan. (Saya menggunakan cetakan semprit, dan saya menyempritkan adonan di atas loyang, bagian beralur berada di bawah, dan terbentuklah adonan tipis dan panjang, lalu potong-potong sesuai keinginan);
- Â Berikan selai nanas di ujung adonan yang sudah dicetak dan dipotong itu;
- Gulung dari bagian yang berselai;
- Olesi dengan kuning telur (Mungkin boleh diskip);
- Siap untuk dipanggang.
Nastar Bulat
- Bulatkan adonan sebesar yang diinginkan, tapi disarankan untuk membulatkan sebesar gundu;
- Beri lubang atau pipihkan sedikit untuk memasukkan selai nanas;
- Sembunyikan selai nanas di dalam adonan seperti klepon menyembunyikan gula merah;
- Olesi dengan kuning telur (Mungkin boleh diskip);
- Siap untuk dipanggang.
Bagi saya, mencetak nastar gulung lebih menghemat waktu dibandingkan dengan nastar bulat. Saya tidak tahu apakah ada formula adonan nastar yang tidak selembek adonan yang pernah saya cetak itu. Adonan lembek itu lah yang menyulitkan saya membentuk bulatan, karena adonannya akan lengket di tangan apalagi jika terdapat kebocoran selai nanas sehingga adonan bercampur dengan selai. Sementara menggulung nastar dapat dilakukan dengan sekejap. Terkadang ujung jari yang menggulung juga jadi lengket karena bersentuhan dengan selai, namun tidak seribet nastar bulat. Yang satu membuat lengket telapak tangan, sementara yang satu lagi ujung jari (biasanya jempol dan telunjuk).
Sebenarnya bisa saja dimodifikasi sedikit-sedikit sesuai selera. Memakai margarin atau mentega. Memakai cengkeh atau tidak. Menambahkan keju atau tidak. Ada yang mencetaknya dengan berbagai wujud dan kreatifitas seperti daun, bunga, jagung, hingga ketupat. Nastar gulung pun tidak harus beralur garis-garis itu pula. Kita bisa pakai rolling pin kalau mau, terus dipotong-potong.
Tapi saya punya pertanyaan, jika selainya diganti, apakah Pembaca tetap menyebutnya Nastar?
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H