Mohon tunggu...
Elthaf Albi Al Aufa
Elthaf Albi Al Aufa Mohon Tunggu... Guru - berusaha menjadi insan yang baik dan bijaksana

konsisten terhadap kehidupan walaupun hanya 1% peningkatan akan tetapi itu lebih bermankna.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kontribusi Rashid Al-Din dalam Pengembangan Sidik Jari

5 Januari 2020   14:15 Diperbarui: 5 Januari 2020   14:26 1362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
historica.fandom.com

Di era modern ini, segala bentuk teknologi semakin canggih salah satunya pada penggunaan teknologi sidik jari (fingerprint) yang terus dikembangkan oleh para ilmuan untuk memudahkan segala urusan manusia seperti untuk mengidentifikasi, memverifikasi serta untuk mengamankan suatu privasi, data dan sistem.

Sidik jari merupakan hasil reproduksi dari tapak jari yang dicap dengan tinta ataupun secara alami pada bekas benda yang pernah tersentuh kulit telapak tangan atau telapak kaki yang dengan sengaja ataupun tidak sengaja. Pada kulit telapak jari terdapat garis halus menonjol yang keluar satu sama lain yang terpisahkan oleh celah atau alur sehingga membentuk struktur-struktur tertentu. 

Pola dasar sidik jari pada setiap tangan manusia dari bayi hingga dewasa, pola itu permanen tidak akan pernah berubah bahkan setiap jari pun memiliki garis pola yang berbeda terdapat empat pola dasar sidik jari dermatoglyphic tentang sidik jari yaitu, whorl atau swirl, arch, loop, dan triradius. Selain keempat itu hanyalah variasi dan kombinasi pada sidik jari.

Dari bukti yang ada Rashid Al-Din merupakan seorang dokter sekaligus juga ilmuan muslim yang sangat berkontribusi dalam pengembangan sidik jari, yang ditulis dalam bukunya yang terkenal yaitu jami' al-tawarikh. Beliau adalah orang yang pertama kali melakukan penelitian terhadap sidik jari melalui orang-orang Cina, dalam pembuktiannya setiap individu tidak ada yang memiliki kesamaan terhadap sidik jari, meskipun sidik jari telah diguunakan oleh orang-orang terdahulu. Seiring dengan berkembangnya teknologi pada sidik jari banyak ilmuan Barat mengklaim bahwa sidik jari hasil daripada penemuannya.

Penggunaan Sidik Jari Era Modern

Seiring perkembangan zaman, sidik jari atau disebut juga dengan fingerprint memiliki peranan penting di era modern yang keguanaannya memudahkan manusia dalam pengambilan data, melacak suatu masalah, dan membantu pekerjaan agar lebih cepat dan efektif. Sering kali kita melihat kegunaan dari  fingerprint yang sangat memudahkan manusia dalam melakukan suatu pekerjaan.

Seperti  polisi dengan alat identifikasi sidik jari untuk memudahkan dalam melakukan penyelidikan terhadap para tersangka yang melakukan tindak kejahatan, dan juga digunakan sebagai absensi di sebuah universitas, perusahaan dan instansi lainnya yang sangat berguna.

Inilah beberapa contoh dari penggunaan sidik jari di era modern:

1.)  Polri dituntut untuk menindak suatu kejahatan terhadap pelaku tindak kejahatan, oleh karena itu ketelitian, keuletan, dan keprofesionalitas penyidik dalam menemukan sidik jari pelaku yang tertinggal di TKP merupakan sidik jari Latent (dicurigai). Untuk mengetahui lebih jelasnya memerlukan pengembangan terlebih dahulu, setelah sidik jari Latent ditemukan di TKP kemudian tersangka dimintai keterangan secara sah apakah telah memegang sesuatu di TKP hal ini untuk mencocokan sidik jari Latent  yang didapat dari olah TKP guna mencari masih adakah tersangka-tersangka yang lainnya. 

Kemudian dengan menggunakan peralatan fingerprint comparator dapat membandingkan antara sidik jari Latent ke sidik jari yang telah diketahui dan tidak boleh sebaliknya. Dari hasil tersebut apakah mempunyai bentuk pokok lukisan yang sama dalam aliran garis-garis papiler antara kedua sidik jari tersebut untuk mencari keidentikan diantara keduanya.

Kemajuan teknologi yang dimiliki kepolisian dalam menunjang tugasnya mengumpulkan sidik jari seperti sistem identifikasi sidik jari pusat data serta yang merekam setiap individu warga negara Indonesia tanpa terkecuali meskipun bayi yang baru lahir. Yaitu merupakan sebuah sistem INAFIS (Indonesia Automatic Fingerprint Identification System).

2.)  Kedisiplinan dalam hal mematuhi jadwal belajar mengajar selain dilihat dari kualitasnya, kehadiran juga merupakan suatu hal yang amat penting. Sistem absensi (Attendence System) sudah banyak digunakan yang telah berkembang dengan bantuan menggunakan software untuk mengisi data kehadiran suatu komunitas, kelompok, maupun instansi.

Mesin ini memiliki kapasitas memori besar  dilengkapi fitur canggih seperti USB, flashdisk, web server, schedule bell, SMS massage, workcode, function key, dan lain-lain. Alat ini dengan teknik pola sidik jari yang direkam atau discan dengan menggunakan cahaya (fingerprint scanner) dengan diletakkannya kamera digital disetiap ujung jari disebut permukaan sentuh (scan area), hasil pantulan cahaya yang menerangi permukaan ujung jari ditangkap oleh alat penerima dan disimpan dalam memori scanning.

Setelah itu hasil rekaman sidik jari diproses dan dibuatkan daftar pola fitur sidik jari yang unik (minutiae) yang kemudian disimpan di dalam data base. Pada saat identifikasi pola unik (minutiae) akan dicocokan hasil scan.

Biografi Rashid Al-Din

Rashid Al-Din Hamadani lahir pada tahun 1247di kota Hamadan di negri Iran. Beliau merupakan putra dari seorang apoteker dan dari keluarga seorang Yahudi. Lalu ia belajar kedokteran dan bergabung dengan kaisar Ilkhan dan pada tahun 1304 ia menjadi seorang wazir kaisar Ilkhan. Dia dengan cepat mendapatkan kepentingan politik yang bertanggung jawab untuk membangun sistem sosial yang stabil di Iran.

Setelah ada kehancuran invasi mongol dan melindungi seluruh arsitektur terpenting yang ada dan dia juga menarik para mahasiswa dan para sarjana di Universitas Rab'-e Rashidi untuk memperbanyak menerbitkan karyanya.

Pada akhirnya Rashid Al-Din beliau masuk Islam sekitar usia 30 tahun. Ia juga merupakan seorang penulis produktif yang paling terkenal karyanya ialah kitab Jami' At-Tawarikh yang dimana kitab itu ditulis oleh Rashid Al-Din dengan meggunakan bahasa Mongol Ilkate. Pada tahun 1247 -- 1318  yaitu pada awal abad ke-14. Bagian yang masih bertahan kemungkinan sekitar 400 halaman dengan versi bahasa Persia dan Arab. Karya tersebut menggambarkan budaya dan peristiwa-peristiwa besar dalam sejarah dunia. Mulai dari Tiongkok hingga Eropa dan mencakup sejarah Mongol.

Dikompilasi pada tahun 1310 Rashid Al-Din memiliki property diseluruh Iran Tengah sampai Barat dan wakaf terbesarnya adalah Rab'-e Rashidi ditabriz. Setelah kematian Gazan pada tahun 1304 Oljaitu sebagai penggantinya meminta Rashid Al-Din untuk menulis seluruh sejarah dunia dan menyebarkan karyanya hingga selesailah karya itu dari tahun 1306 -- 1311.

Sejarah Perkembangan Sidik Jari

 Sidik jari telah ditemukan di berbagai penjuru dunia pada zaman kuno, seperti adanya bukti-bukti yang ditemukan pada tablet tanah liat, segel, tembikar babilonia kuno dan dinding makam Mesir, Minoan, Yunani, dan Cina. Pada tahun 200 SM di Babel sidik jari pun digunakan sebagai tanda tangan pada suatu kontrak dan di zaman Cina kuno para pejabat pemerintah mereka mengesahkan suatu berkas dokumen dengan sidik jarinya. Pada tahun 851 M, Abu Zaid Hasan merupakan seorang pedagang Arab yang melihat dan menyaksikan langsung terhadap orang-orang Cina menggunakan sidik jari untuk membuktikan keaslian dalam pinjam meminjam.

Pada tahun 1792 -- 1750 SM, Raja Babilonia menangkap orang-orang untuk diambil sidik jarinya oleh para pejabat hukum. Pada tahun 1247 -- 1318 di dalam kitab Jami' At-Tawarikh seorang tabib Iran yang bernama Rashid Al-Din Hamadani beliau juga melakukan praktik terhadap orang-orang Tiongkok dalam mengidentifikasi sidik jari mereka dan beliau berkata:

"hasil pengalaman menunjukan tidak ada diantara dua individu yang memiliki kesamaan secara persis pada sidik jari mereka."

Dalam buku ELSEVIER, Grzybowski (2015:117) pertama kali diperkenalkan sistem klasifikasi oleh Jan Evangelista Purkynje pada tahun 1823 seorang ahli fisiologi Ceko memiliki hasil penelitiannya dan membagi garis papiler menjadi Sembilan jenis tetapi hal ini tidak diakui secara International.

Pada tahun 1858 Sir William Herschel mendaftarkan ke kantor hakim India di Jungipoor mengenai sidik jari untuk sebuah dokumen-dokumen penanda tanganan. Pada tahun 1880 Henry Faulds mengusulkan untuk penentuan sidik jari dan identifikasi seseorang harus menggunakan tinta.

Pada tahun yang sama juga Prancis Galton mengumpulkan delapan ribu sidik jari dan mengembangkan klasifikasi terhadap sidik jari mereka berdasarkan pada spiral, loop, dan lengkungannya. Pada tahun 1892 Juan Fucetich menciptakan sendiri sistem identifikasi sidik jari dan membuktikan kepada seorang ibu yang bertanggung jawab terhadap pembunuhan dua putranya.

Pada tahun 1896 seorang perwira polisi dari London bernama Edward Henry memperluas sistem klasifikasi sebelumnya dengan menggunakan garis papiler pada sidik jari untuk mengidentifikasi penjahat. Pada tahun 1823 karya Jan Evangelista Purkynje merupakan yang pertama kali menggambarkan secara detail tentang sidik jari dengan tujuan karya ini untuk memperkenalkan para ilmuan dan penemuannya dibidang identifikasi sidik jari dengan melatar belakangi:

Adanya catatan terhadap Cina pada tahun 206 dan 201 SM dalam menggunakan sidik jari sebagai identifikasi pelaku kejahatan.

Pada kitab Jami'At-Tawarikh yang dikarang oleh Rashid Al-Din Hamadani merupakan buku Persia yang juga mnyebutkan identifikasi terhadap pelaku kejahatan.

Pada tahun 1684 ahli anatomi dan fisiologi tumbuhan yang berasal dari Inggris Nehemia Grew mendeskripsikan tentang kulit tangan.

Dari buku Cathayand The Way Thither - 4 Vols., Henry Yule menerangkan bahwa Sir W. Herschel mengklaim sebagai orang yang menemukan sistem sidik jari dan tidak membenarkan bukti penggunaan sidik jari terhadap orang-orang Cina kuno di dalam buku birunya yang dikomunikasikan kepada tuan Galton dan dimanfaatkan dalam fingerprint.

Dalam hal ini seorang lelaki dari Jepang yang bernama Kumagusu Minakata membuktikan bahwa Sir W. Herschel mengklaim terhadap orang-orang Cina dan tidak mengutip bukti asli dari Rashid Al-Din. Para penulis jepang mereka mengutip bukti asli dari RashidAl-Din terhadap orang-orang Cina.

Oleh karena itu kita sebagai seorang muslim harus lebih mengenal dan memahami secara kritis terhadap sejarah, seperti salah satu tokoh ilmuan muslim Rashid Al-Din yang merupakan ilmuan yang sangat berkontribusi di dalam perkembangan sidik jari.

Karena banyak dari kalangan muslim yang tidak mengenal sosok Rashid Al-Din dalam kontribusi sidik jari, bahkan kebanyakan orang-orang Barat yang lebih mengenal beliau dan memanfaatkan kontribusinya di dalam perkembangan sidik  jari. Sehingga banyak teknologi canggih hasil dari perkembangan sidik jari. di dalam perkembangan itu kita tidak mengetahui sebagai muslim ternyata terdapat kontribusi ilmuan muslim yang sangat berpengaruh di dalam perkembangan sidik jari yaitu Rashid Al-Din.

Penulis : Elthaf Albi Al-Aufa dan Zulhansyah Matondang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun