Mohon tunggu...
Eltania Suryani Frans
Eltania Suryani Frans Mohon Tunggu... Administrasi - ordinary person

keep learning, dreaming, hoping and praying

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Meniti Guratan Luka Kekhalifahan Utsmaniyah

2 November 2019   09:48 Diperbarui: 2 November 2019   09:54 485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sultan Abdul Hamid II sangat waspada dengan gerakan Partai Persatuan dan Kemajuan yang didukung oleh orang-orang Yahudi dan kelompok-kelompok Freemasonry serta negara-negara Barat. Perangkat intelijen Abdul Hamid mampu mengetahui gerakan-gerakan serta informasi-informasi tentangnya, namun partai ini juga sangat kuat, dan pengawasan yang dilakukan oleh Abdul Hamid terhadap organisasi ini sangat terlambat. Dimana mereka telah berhasil mendorong masyarakat Utsmani untuk melakukan demonstrasi secara masif di Salonika, Manastir, Osklop dan Susan, dengan tuntutan konstitusi yang baru. Para demonstran juga mengancam akan menyerang Ibu Kota Utsmaniyah, Istanbul.

Pada tahun 1909 Zionis internasional bekerja sama dengan Partai Persatuan dan Kemajuan untuk menggulingkan Sultan Abdul Hamid. Abdul Hamid terkenal sangat keras terhadap negara-negara musuh yang berusaha mengusik kedaulatan wilayah kekuasaannya. Terutama terhadap misi Inggris yang menginginkan orang-orang Yahudi menubuhkan negara sendiri di Palestina. Abdul Hamid juga terkenal dengan kecerdasan intelektualnya dalam strategi perang dan diplomasi, ia memiliki wibawa di mata negara-negara Eropa yang tidak menyukai keadilannya dalam memimpin rakyat yang memiliki ragam etnis dan agama yang berbeda. Mereka gerah melihat orang-orang Kurdi, Kristen dan Yahudi yang merasa nyaman tinggal di bawah naungan bendera Utsmaniyah. Karena berkali kali menghadapi kegagalan negosiasi terhadap Abdul Hamid, mereka menggunakan cara-cara kotor untuk melengserkan Abdul Hamid dari takhtanya.

Zionis Internasional dan para pembesar partai mengatur peristiwa-peristiwa pada 31 Maret 1909 di Istanbul yang mengakibatkan keguncangan yang besar, dimana beberapa militer dari Partai Persatuan dan Kemajuan dibunuh. Yang kemudian dikenal dengan nama Peristiwa 31 Maret. Peristiwa ini mendorong kalangan militer dari Partai Persatuan dan Kemajuan bergerak dari Salonika menuju pusat pemerintahan di Istanbul. Dengan demikian sempurnalah pemberhentian Khalifah kaum muslimin Sultan Abdul Hamid II dari segenap kepemimpinannya secara sipil dan keagamaan. Partai Persatuan dan Kemajuan mengarahkan tuduhan-tuduhan berikut agar dapat melengserkan Abdul Hamid II dari singgasananya:

  • Pengaturan Peristiwa 31 Maret
  • Membakar mushaf-mushaf
  • Berfoya-foya
  • Melakukan kedzaliman dan membunuh.

Pemikiran yang dominan dari orientasi-orientasi pembesar Partai Persatuan dan Kemajuan adalah Freemasonry yang tidak mengakui agama-agama, filsafat positif rasionalitas yang mengingkari agama dan sekulerisme yang menjauhkan agama dari kehidupan. Walaupun demikian, para pemberontak ini menggunakan kedok agama untuk mempengaruhi rakyat dan mendapatkan dukungan mereka dalam konflik untuk melawan Sultan Abdul Hamid II.

 Namun tuduhan-tuduhan yang diarahkan kepada Sultan Abdul Hamid II tidak dapat dipertanggungjawabkan di hadapan penelitian Ilmiah, bukt-bukti menetapkan bahwa Sultan Abdul Hamid tidak terlibat dalam Peristiwa 31 Maret, dan mustahil baginya untuk melakukan pembakaran mushaf dan berfoya foya sedangkan ia adalah Sultan yang terkenal dengan ketakwaannya. Bahkan Sultan seringkali menutupi beban negaranya dengan harta pribadinya. Sedangkan tuduhan kedzaliman dan pembunuhan, ia tidak pernah menggunakan pertumpahan darah sebagai kebijakan politiknya.

Meskipun demikian para pelaku kudeta tetap memaksa mufti Islam Dhiyauddin (semacam lembaga yang berwenang mengeluarkan fatwa untuk dipatuhi oleh semua orang termasuk Sultan), untuk berkumpul dan menerbitkan fatwa pemberhentian Sultan. Fatwa ini dibacakan di depan sebuah pertemuan bersama Majelis Tinggi yang dihadiri wakil dari Partai Persatuan dan Kemajuan. Setelah melakukan beberapa negosiasi, akhirnya disepakati untuk memberhentikan Sultan Abdul Hamid II sebagai Khalifah Utsmaniyah.

Orang-orang Yahudi dan para anggota Freemasonry menganggap hari ini sebagai hari raya. Mereka begembira dengannya dan berjalan dengan melakukan demonstrasi besar-besaran di kota Salonika. Mereka mencetak koran-koran dan menyebarkannya di jalan-jalan. Dengan berakhirnya masa kekuasaan Khilafah Sultan Abdul Hamid II, berakhir juga Kekhalifahan Daulah Utsmaniyah, negara-negara Islam telah kehilangan Khalifah terakhirnya. Wilayah Utsmaniyah telah berubah menjadi negara-negara kecil dengan dasar pemikiran negara barat, kemudian disusul oleh Revolusi Arab dan pecahnya Perang Dunia I yang mengubah selamanya wajah Timur Tengah.

source: The Fall Of The Khilafah, Eugene Rogan

                Sultan Abdul Hamid II, Ali Muhammad Ash-Shalabi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun