Memilih diam, dalam riuh
Sebab terkadang, lewat merenung bisa menemukan arah..
Dari segala kesesatan pikir yang memanah..
Hingga terkadang lupa amanah..
Dari pojok sunyi tanpa teman sejati..
Ku terus mengarungi waktu
Melukis arti pada juang dalam sunyiku
Memaknai hidup agar berarti...
Memahami waktu menggurui diri
Mengurung pikir dari sgala tinggi hati..
Menjadikan bisikan nurani sebagai navigator tapak tapak perjuangan... Agar tak kotor..
Tetapi badai ujian yang terus terurai...
Menyapuh wajah dalam balutan bara..
Memojokan batin pada titik jenuh..
Semakin kuat rasa enggan tuk memacu langkah terus mencobai rasa..
Tapi dari titik titik cahaya
Yang tak pernah membiarkan ku
Melihat gelap...
Masih kokoh menyalah dalam ruang ruang kalbu...
Maka tak ada alasan untuk pasrah dalam parah...
Selagi nafas masih ada, ku hentakan lagi langkah untuk terus berlari..
Berupaya walau sulit tak terhindari..
Menerobos segala beban yang merantai
Yang tak pernah di mengerti...
Oleh setiap mata tanpa hati..
Sebab hanya yang tampak yang di pahami..
Sedangkan kalbu tak di selami
Sedalam rasa yang semestinya.
Biarlah aku berkalana memburu mimpi..
Hingga waktunya mengembalikan lukisan pelangi...
Kalembu gurro/17 03 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H