Mohon tunggu...
El.tama
El.tama Mohon Tunggu... Petani - Orang biasa(amatir)

Anak Desa tinggal di dusun kecil pulau humba hobby Belajar menulis//pekerjaan PETANI

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Menata Bayang-bayang Asa

27 Oktober 2020   23:47 Diperbarui: 27 Oktober 2020   23:47 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam telah jauh larut dalam sunyi.. 

Aku masih bisu terpekur di beranda rumah tua.... 

Menyaksikan berita faktual hari ini.. 

Ragam Peristiwa  yang warnai layar televisi.. 

Derasnya arus kemajuan jaman, menuntun ke banyaknya kemauan akan tuntutan jaman.. 

Perubahan yang begitu pesat.. 

Lahirkan banyak pengetahuan sekalipun rumit.. 

Sebab hanya browsing semua hal tak ada lagi yang asing... 

Hanya diri yang kadang terasing dari peradaban jika hilang kontrol.. 

Kesadaran bisa tak terkendali... 

Situasi malam ini menghanyutkan pikiran.. 

Akan seribu bayangan masa silam... 

Saat tempat ini jauh dari keramaian.. 

Belum mengenal televisi bahkan malam hanya di terangi lampu yang terbuat dari kaleng bekas.. 

Tapi suasana kampung kecil penuh kedamaian..

Walau kala itu hanya duduk beralas tikar dari anyaman pandan... 

Suasana gotong royong ikatan kekerabatan begitu kuat... 

Tidak selamanya harus satu darah, baru merasa itu adalah saudara.. 

Kini semua telah sirna di telan larut oleh perkembangan jaman... 

Yang katanya Modernisasi,namun nyaris melunturkan 

Segala tradisi luhur.. 

Rasa saling hormat kinipun terkikis oleh asumsi siapa paling kuat...

Siapa paling pantas adalah siapa yang paling teratas... 

Fenomena ini  yang kian berakar, tumbuh merambat... Nurani masih berharap agar ini tak membabat habis tradisi yang masih bermakna..

Di dusun kecil dari balik tirai bambu dan atap ilalang... 

Kami menata bayang bayang asa... 

Mengaharap peradaban tak terkoyak.. 

Oleh mentalitas yang sungguh tak layak.. 

Ini hanya ilusi dari keresahan  yang menyeruak

Salam... 

Dusun kecil/28/10/2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun