Awal mula sapa datang sadarkan Asa...
Lembut bersajak membangkitkan semangat mengajak..
Untuk lekas beranjak meninggalkan segala yang tak layak..
Jujur kami bukan alas kaki yang terinjak..
Tapi  lautan perasaan yang menyeruak
Dari bongkahan karang bebatuan pantai
Yang selalu menyumbat arah arus kebenaran..
Di situasi ini tak ingin dengarkan kata tabah
Apalagi berpura nyaman...
Gelora gelombang bijak tak lagi membiak..
suara kumpulan luka lara yang papa..
Parau berteriak
Sayup terdengar lewat alunan hembusan udara..
Saat senja menjelang di dekap malam purnama...
Langit langit masih mendung di lumuri pekat..
Di ujung langit merah bergaris biru yang jauh dari jangkauan
Sederet kisah telah banyak usang hilang warna di sana..
Keindahan tak lagi nampakan kebaikan yang sungguh...
Di pelataran beranda rumah juang tempat merangkai ikrar dalam kata ...
Segala impian yang tertata sisahkan semu abadi dalam ilusi...
Suara gelegar sumpah, tumpahkan kebohongan yang mengalir..
Basahkan permadani  yang semakin tak wajar...
Banjiri banjir, luapan uap ingkar terus deras mengambang...
Seribu kegersangan berpanjangan kokoh tanpa kesejukan...
Debu debu hitam beterbangan semakin meraja..
merambah ke segala sudut tanpa makna...
Butakan mata yang jeli untuk melihat..
Sampai kapan, nuansa ini berakhir di hamparan padang yang terpingirkan...
Semoga ada hati yang mampu pahami rasa
Dan ada mata yang sudih melihat segala perih di pelosok sunyi...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H