Tuhan Maha Pemaaf. Apa salahnya jika kita menjadi manusia pemaaf.?
Apa salahnya jika Jesus "sama" dengan Tuhan.?
***
Dalam sejarah kehidupan para Nabi, Tuhan berada pada posisi yang berbeda-beda. Ketika pada Nabi Ibrahim Dia menjadi pihak ketiga. Pihak yang harus ada selain diri Nabi Ibrahim dan semua orang yang ada di zamannya. Dan Dia (Tuhan) wajib ada sebagai pihak ketiga yang menciptakan semua makhluk.
Kemudian pada saat Nabi Musa, Tuhan berada dipihak kedua. Karena Nabi Musa benar-benar harus memaksakan kehadiran Tuhan agar dia (Nabi Musa) benar-benar percaya dengan adanya Tuhan. Lalu tuhan pun menampakkan gejala-Nya hingga bebatuan - yang ada di gunung yang ditempati Nabi Musa saat memanggil Allah - pun meleleh karena tidak kuat menangkap gejala Tuhan itu. Akhirnya Musa pun percaya dan seakan-akan Tuhan ada didepannya.
Kalau saat Nabi Ibrahim 'Allah' menjadi pihak ke tiga, dan ketika Nabi Musa 'Allah' menjadi pihak ke dua, maka beda ketika saat Nabi Isa (Jesus). Jesus merasa bahwa Tuhan adalah pihak pertama, dan tidak ada pihak ke dua ke tiga. Jesus menemukan cahaya Tuhan dalam dirinya. Jesus merasakan gejala-gejala Tuhan dalam jiwanya. Hingga akhirnya dia pun meniadakan dirinya dan melebur dengan yang Maha Ada (Al Haq).
La ilaha Illa Allah. La ilaha illa huwa. (Tiada Tuhan selain Allah. Tiada Tuhan selain Dia.)
La ilaha illa anta. (Tiada Tuhan selain Dia)
La ilaha illa ana. (Tiada Tuhan selain sang Aku)
***
Mohon maaf jika agak ngawur, tapi inilah. Inilah aku,.! Sekali lagi, Mohon maaf,.!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H