Mohon tunggu...
Elsha Mulyasari
Elsha Mulyasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa yang senang mengeksplore berbagai hal.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Toxic Culture, Fenomena Circle Mahasiswa dan Pengaruhnya Terhadap Prestasi Akademik

7 Desember 2024   23:51 Diperbarui: 7 Desember 2024   23:59 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

PEMBAHASAN

Pengamatan yang dilakukan selama satu semester mengungkapkan bahwa circle atau kelompok mahasiswa dengan toxic culture menunjukkan kecenderungan perilaku yang sangat unik. Dengan mahasiswa lain, mereka sering kali membangun tembok yang tinggi, sehingga menciptakan suasana yang tertutup dan eksklusif. Menolak untuk terlibat atau bekerja sama dengan anak-anak di luar circle atau kelompok mereka biasanya mereka lakukan.

Yang lebih memprihatinkan lagi adalah tingkat persaingan yang tidak sehat yang ditunjukkan oleh circle-circle ini. Para anggota circle ini mengalami tekanan psikologis sebagai akibat dari persaingan yang ketat, yang merusak fokus mereka untuk berkonsentrasi pada studi mereka.

Hal ini sangat jelas menunjukkan bagaimana budaya yang toxic mempengaruhi akademik mahasiswa. Anggota circle atau kelompok yang awalnya sangat termotivasi dan antusias untuk belajar semakin lama semakin berkurang. Ketidakmampuan untuk bekerja sama dengan mahasiswa lain dan tekanan untuk terus memenuhi standar circle atau kelompok membuat lingkungan belajar menjadi tidak kondusif. Fokus mahasiswa bergeser dari pengetahuan akademis mereka ke kompetisi dan mempertahankan status kelompok.

Anggota circle atau kelompok sering kali kehilangan kemampuan mereka untuk berpikir secara mandiri dan kreatif ketika kelompok mengambil peran yang berlebihan. Alih-alih mengambil kesempatan untuk mencoba cara belajar yang baru, mereka lebih memilih untuk mengikuti sesuatu yang sedang viral.

Masalah penting lainnya adalah mengucilkan mahasiswa yang dianggap menyimpang dari norma-norma kelompok mereka. Hal ini mengakibatkan ketakutan mahasiswa yang dikucilkan, selain berdampak pada mahasiswa yang dijauhi. Mahasiswa kehilangan niat dan fokus dalam mengejar akademis sebagai akibat dari terlalu sibuk supaya tidak dikeluarkan dari circle mereka.

Selain itu, pola interaksi sosial yang lebih luas di kampus juga dipengaruhi oleh toxic culture. Ketika toxic culture muncul dalam satu kelompok, budaya tersebut dapat menyebar ke kelompok lain, menyebabkan lingkaran setan yang memperburuk keadaan. Komunitas kampus dapat menjadi lebih terpecah belah, dan berbagi pemikiran dan pengalaman yang seharusnya menjadi aspek penting dalam kehidupan akademis dapat terhambat.

Solusi yang tepat untuk circle yang toxic yaitu mulai mengubah pandangan kelompok ke arah yang lebih sehat. Sebagai sesama anggota circle atau kelompok bisa saling memberi semangat dan saling mengingatkan dalam hal akademis maupun hal lain yang bermanfaat. Hal tersebut selain dapat menjadikan circle yang toxic menjadi yang sehat juga dapat membantu setiap anggotanya mendapatkan prestasi dibidang akademis.

PENUTUP

Fenomena toxic culture di kalangan mahasiswa menjadi isu utama yang perlu mendapat perhatian khusus, sesuai dengan pembahasan yang telah dibahas dalam artikel ini. Temuan dari pengamatan yang dilakukan selama satu semester menunjukkan bahwa toxic culture memiliki efek pada kesehatan psikologis mahasiswa selain pada prestasi akademik mereka. Padahal prestasi mahasiswa dalam bidang akademik merupakan pencerminan dari potensi mahasiswa itu sendiri yang dipengaruhi oleh kualitas proses belajar mengajar (Shaleh, 2016). Namun sayangnya perilaku eksklusif, persaingan yang ketat, dan kebijakan eksklusi dari toxic culture menghasilkan lingkungan belajar yang tidak kondusif sehingga mengakibatkan menurunnya prestasi akademik.

Kesimpulan dari artikel ini memberikan gambaran yang jelas tentang bagaimana dinamika kelompok dapat memengaruhi prestasi akademik mahasiswa. Anggota kelompok yang toxic biasanya menunjukkan tingkat hasil akademis dan antusiasme yang lebih rendah untuk belajar. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya memiliki lingkungan belajar yang sehat yang mendorong pertumbuhan mahasiswa secara keseluruhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun