Mohon tunggu...
Mimi L-sha
Mimi L-sha Mohon Tunggu... profesional -

Aku adalah diriku yang apa adanya, menulis karena aku memang suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sobatku, Aku Tak Pernah Berhenti Mencintai Istrimu!

24 Agustus 2011   09:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:30 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sobatku...aku bisa merasakan kesakitan yang engkau rasakan. Kemarin pagi saat aku datang mengunjungimu di rumah sakit, jujur saja aku hampir menangis melihat kondisimu. Tulang kakimu remuk, wajahmu hampir saja tak kukenali lagi...

Sobat, istrimu Wendy menangis histeris melihatmu terbaring diam...kata suster jaga kamu lagi koma, akibat ada gumpalan darah di kepalamu. Kalau kamu dengar tangisan Wendy, segeralah bangun sobatku...wanita yang amat kamu dan aku kasihi itu belum siap nampaknya kalau engkau pergi meninggalkannya. Engkau telah seperti saudaraku sobat,....maka aku harus berharap agar kamu tetap hidup. Meskipun setan di hatiku sering mengusikku untuk mencuri Wendy darimu.

Wendy wanita baik, dia sempurna tanpa cacat...begitulah penilaianku terhadap istrimu itu. Figur Wendy tak pernah kutemukan dari wanita lain meskipun telah bertahun-tahun aku terus mencarinya. Mungkin aku berlebihan ya sobat, mungkin karena aku yang terlalu memendam cintaku pada Wendy maka aku tak menemukan wanita lain yang bisa kupersunting untuk menemani hidupku.

Kamu masih ingat sobat, saat SMA dulu kita berlomba-lomba mengejar Wendy...namun sayang ternyata Wendy lebih memilihmu ketimbang aku. Kamu amat baik padaku sehingga aku merasa mau tak mau aku harus menerima kekalahan itu. Apa yang tak pernah kau bagi denganku?...semuanya engkau bagi denganku yang katamu adalah saudaramu. Tentu saja aku memilih saudara daripada merebut cinta sobatku, karena aku ini sebatang kara...dan hanya kau saja yang selalu mau menerima aku dan keadaan aku apa adanya.

Sobat, sebenarnya cintaku pada Wendy juga sedalam cintamu padanya. Aku berbohong selama ini kalau aku katakan bahwa cintaku hanyalah cinta monyet zaman seragam putih abu-abu dulu. Semuanya karena aku tak mau kamu khawatir dan mengasihani diriku. Aku tau meskipun segalanya dapat kau bagi denganku, namun tidak untuk berbagi istri denganku. Kalau saja poliandri di negara ini tidak dicerca, mungkin aku akan bersujud dan memohon padamu agar mau berbagi istrimu denganku. Tapi tidaklah sobat, aku tahu cinta Wendy hanya untukmu.

Saat engkau berangkat kerja, aku  sering mencuri pandang dari teras rumah kontrakanku melihat Wendy menyirami bunga-bunga kesayangannya di depan rumahmu, aku terus mengagumi Wendy. Kamu tak keberatan kan kalau aku hanya sekedar mengaguminya?,  aku tak mengerti kenapa kamu justru mencarikan rumah kontrakan persis di sebelah rumahmu, mungkin supaya kita selalu bisa berdekatan ya sobat.

Saat engkau di kantorpun dengan kartu telkomselmu kamu juga selalu bilang agar aku ingatkan Wendy kalau pagar rumah jangan lupa dikuncinya. Katamu Wendy memakai seluler lain, jadi agak mahal kalau menelpon langsung padanya. Jadinya akulah yang  harus ke rumahmu untuk menyampaikan pesanmu pada Wendy atau mengecekkan pagar rumah kalau-kalau Wendy lupa menguncinya.

Setiap bertatapan mata dengan istrimu itu aku selalu salah tingkah sobat, harus aku akui aku sebenarnya sangat senang bisa melihatnya lekat dan dekat tapi sekali lagi malaikat mengingatkan bahwa ia milik sobatku, milik saudaraku. Apalagi bulan ini beberapa kali kamu mengajakku berbuka puasa di rumahmu, aku senang sekali...dari situlah aku tahu ternyata Wendy bukan hanya cantik rupanya, cantik tuturnya, tapi pandai juga memasak dan menghidangkan makanan yang memanjakan lidah. Aku cemburu padamu sobatku, amatlah beruntung sekali hidupmu, meskipun kalian belum dikaruniakan keturunan...tapi begitu sempurna segalanya.

Sembuhlah sobat...bangunlah dan sadarlah dari koma itu, telponlah aku kalau engkau ke kantor dan katakan bahwa aku harus mengingatkan wendy untuk mengunci pagar rumah. Cemburukanlah aku, dan teruslah ada bersama Wendy..kecuali kalau memang kamu inginkan agar aku yang menggantikan dirimu untuk menjaga Wendy. Akan ikhlaskah kau nanti berbagi Wendy denganku, ikhlaskah kau jika aku yang menggantikan dirimu di sisinya?.

Sobatku, kalau kamu memang tak sanggup bertahan...setidaknya bukalah matamu dan tataplah aku dan juga Wendy. Katakan apa yang ingin kau katakan, biar kami mengerti apa sebetulnya keinginanmu. Apakah boleh aku menjaga Wendy buatmu dan juga buatku?. Bolehkah dan ikhlaskah dirimu sobatku?. Jika kau tanya lagi padaku tentang cintaku pada istrimu itu, aku pasti tak akan lagi membohongimu kalau cintaku hanya cinta monyet sebatas seragam putih abu-abu tapi akan kukatakan bahwa aku memang tak pernah berhenti mencintainya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun