Mohon tunggu...
Elsa Zhalfa
Elsa Zhalfa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya merupakan mahasiswa Universitas Jambi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Budaya dan Ketahanan Pangan Masyarakat Adat Kampung Cireundeu

5 Maret 2024   15:52 Diperbarui: 5 Maret 2024   16:15 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia memiliki beragam kampung adat yang tersebar di setiap wilayahnya. Setiap daerah memiliki keunikan kampung adatnya. Termasuk kampung yang ada di Kota Cimahi Jawa Barat ini. Sehubungan dengan hal tersebut, mahasiswa PMM dari kelompok Reak berkesempatan mengunjungi kampung ini pada Minggu, 03 Maret 2024 menggunakan dua mobil angkot.
Kampung Adat Cireundeu dikelola oleh pemerintahan setempat seperti l, RT dan RW karena merupakan tingkatan tertinggi di desa Adat Cireundeu Sedangkan secara tradisional Cireundeu memiliki orang yang 'dituakan', atau biasa disebut oleh masyarakat dengan Sesepuh. 

Masyarakat adat Kampung Cireundeu merupakan bagian dari Sunda Wiwitan yang tersebar di daerah Cigugur-Kuningan-Cirebon. Mayoritas dari mereka menganut dan memegang teguh kepercayaan Sunda Wiwitan sampai saat ini. Masyarakat adat Cireundeu memiliki prinsip yakni "Ngindung Ka Waktu, Mibapa Ka Jaman". Arti kata dari "Ngindung Ka Waktu" ialah warga kampung adat memiliki cara, ciri, dan keyakinan masing-masing. Sedangkan "Mibapa Ka Jaman" memiliki arti masyarakat Kampung Adat Cireundeu tidak melawan akan perubahan zaman melainkan mengikuti perubahan zaman tersebut, termasuk beradaptasi dengan adanya teknologi, televisi, alat komunikasi berupa handphone, dan penerangan.
Kampung Adat Cireundeu mempunyai identitas dan ciri khas yang kuat dimana masyarakat asli Kampung Adat Cireundeu dikenal sebagai masyarakat yang mengkonsumsi singkong sebagai makanan pokok dan olahan lainnya dalam kesehariannya. Beberapa pertunjukkan seni juga sering  dipentaskan terutama di masyarakat luar Kampung Adat Cireundeu seperti  wayang golek, kesenian gondang, karinding, dan angklung buncis.

dokpri
dokpri
Saya begitu antusias terlebih ketika diajarkan bagaimana cara memainkan angklung buncis karena ini pertama kali saya menyentuh dan memainkan alat musik tradisional ini. Angklung buncis merupakan salah satu jenis variasi kesenian dari alat musik angklung.Nama kesenian buncis berasal dari satu teks lagu yang terdapat dalam kesenian buncis dan memiliki lirik cis kacang buncis nyengcle.....,seterusnya.
Kami pun sempat melakukan diskusi bersama salah satu masyarakat desa ini, beliau menceritakan dengan lengkap bagaimana adat dan tradisi kampung Cirendeu yang masih dilestarikan hingga hari ini, berbagai macam upacara mulai dari upacara pernikahan sampai pada upacara ketika akan menanam atau memanen singkong dihutan. " Kampung adat Cirendeu sangat mengutamakan rasa kemanusiaan", pungkas kang Yayat. Beliau mengatakan masyarakat adat dapat melakukan profesi apapun diluar sana namun, tidak boleh meninggalkan profesi sebagai seorang petani. Mereka memiliki kebun singkong yang mana terdapat beberapa adat yaitu ketika mereka memasuki hutan tidak boleh menggunakan alas kaki. Hal ini menurut kepercayaan mereka bahwasanya hutan merupakan ibu sehingga tidak boleh ada jarak antara ibu dan anak. Lalu, ketika ingin mengunjungi hutan para wisatawan tidak diperkenankan memakai baju yang berwarna merah. Alasannya karena terdapat beberapa kali wisatawan yang memakai baju merah akan kesurupan sehingga masyarakat tidak ingin hal tersebut terulang kembali.

Reporter : Elsa Zhalfa

Editor : Salsha Solli Nafsika,M.Pd

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun