Mohon tunggu...
Elsa Zhalfa
Elsa Zhalfa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya merupakan mahasiswa Universitas Jambi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Refleksi Bebenjangan Sebuah Seni dari Tanah Sunda

26 Februari 2024   20:11 Diperbarui: 26 Februari 2024   20:17 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sabtu, 24 Februari 2024 kegiatan Modul Nusantara mahasiswa PMM kelompok Reak melakukan refleksi pertama kali dengan melakukan riview film documenter berjudul "Bebenjangan" yang disutradarai oleh Belva Atsil, Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia  Fakultas Pendidikan Seni dan Desain. 

Antusiasnya kelompok Reak ingin menyaksikan film tersebut dikarenakan akan mengenal salah satu seni dari kota Bandung dan terlebih lagi didalam film tersebut akan terdapat cuplikan Reak yang merupakan nama kelompok kami. Walau belum mempunyai kesempatan menyaksikan pertunjukkan Reak secara langsung, setidaknya kami dapat melihat melalui media audio visual.

Ketika berbicara mengenai topik seni bahwasannya sebuah seni bukan hanya sekedar wadah untuk mengekspresikan diri, namun seni merupakan bagian identitas dari suatu kelompok yang tidak dapat dielakkan. Diantara kesenian tradisional yang mulai tergeser adalah diantaranya seni Benjang. 

Benjang terkenal sebagai kesenian tradisional di Kota Bandung di Provinsi Jawa Barat . Ujung berung, sebuah kawasan daerah kecil di sudut Bandung yang dikenal sebagai tempat lahirnya Benjang yang bersejarah. Benjang dikenal sebagai kesenian tradisional Tatar Sunda, namun tidak diketahui informasi kapan Benjang lahir dan semakin dikenal secara luas oleh masyarakat. 

Sejarah menceritakan bahwasannya Benjang lahir dari berbagai seni bela diri Indonesia ketika masa penjajahan Hindia Belanda, yang pada masa itu seni bela diri dilarang. Benjang merupakan kasenian tradisional yang terbagi menjadi tiga jenis, yaitu Benjang Gelut yang termasuk dalam seni beladiri, Benjang Helaran dan Tari Topeng Benjang yang termasuk dalam seni pertunjukan.

Dalam Benjang Helaran rangkaian acara diawali dengan memandikan anak yang dikhitan, pembukaan diiringi waditra dengan penambahan alat musik berupa kulanter dan gong, serta nyanyian para sinden pada saat pertunjukan. Setelah itu menaikan anak yang dikhitan ke atas tandu yang dipikul menggunakan bambu, dilanjutkan dengan penampilan dari Babarongan, Kuda Lumping, dan Babadutan. 

Pertunjukan Babarongan dibawakan oleh satu orang yang menari dan kemudian diarahkan oleh pawang untuk masuk kedalam busana Barong. lalu dimulailah atraksi Barong sebagai pembukaan dari pertunjukan Benjang. Kemudian dilanjutkan dengan pertunjukan Kuda Lumping  yang terbuat dari bambu atau rotan. 

Di tengah penampilan Kuda Lumping terdapat seorang ahli atau yang dikenal dengan istilah pawang berperan sebagai perantara antara alam gaib dan tari-tarian yang sedang berlangsung sehingga para pemain Kuda Lumping akan kesurupan. Dalam film documenter ini banyak sekali pesan non-verbal dari para leluhur yang memberikan petuah mengenai makna dari Benjang menciptakan sebuah situasi kekeluargaan, kekuatan, sportivitas, dan kreativitas. Film ini dikemas dalam bentuk sederhana dengan menyajikan kisah yang begitu kompleks. Mampu membuat saya memiliki rasa penasaran dengan alur kisah yang tak mampu saya antisipasi atau tebak sebelumnya.

 Hal yang menarik bagi saya pribadi adalah terkait isu atau tema yang telah diangkat yakni dua persepktif "pro dan kontra" dalam sebuah seni khususnya dalam hal ini Bebenjangan. Sebuah tema yang sangat manusiawi dan menyentuh hati nurani. Film ini tidak secara gambalng menyajikan isinya begitu saja melainkan dibawakan melalui alur plot dan kemasan film yang memikat penonton. 

Isu besar yang dibawakan dalam film ini merupakan sebuah isu fenomenal yang terjadi dimuka bumi ini yakni pelecehan seksual oleh oknum-oknum tertentu ketika dalam pengaruh atraksi. Persamaan tradisi Bebenjangan dengan daerah asal saya terdapat pada atraksi kuda lumping yang menampilkan atraksi kekebalan, kesurupan, sampai kekuatan magis. 

Misalnya, atraksi kekebalan tubuh terhadap pecutan dan memakan beling piring. Namun, perbedaannya jika didaerah saya tidak dilumuri dengan lumpur seperti halnya yang dilakukan dalam Bebenjangan.

Reporter : Elsa Zhalfa

Editor : Salsha Solli Nafsika,M.Pd

 

dokpri
dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun